Sudah Nonton The Glory yang Dibintangi Song Hye Kyo? Psikiater Ungkap Mengapa Park Yeon Jin Tak Punya Rasa Bersalah

Dinda Rachmawati Suara.Com
Senin, 20 Maret 2023 | 12:30 WIB
Sudah Nonton The Glory yang Dibintangi Song Hye Kyo? Psikiater Ungkap Mengapa Park Yeon Jin Tak Punya Rasa Bersalah
Karakter Park Yeon Jin (Instagram/Netflixkr)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - The Glory telah menjadi serial yang mendapatkan popularitas secara global, dengan memuncaki grafik streaming mingguan Netflix untuk serial non-bahasa Inggris belakangan ini. 

Selain korban bullying Moon Dong Eun yang diperankan oleh Song Hye Kyo, penyiar berita cuaca Park Yeon Jin yang diperankan Lim Ji Yeon dengan karakter yang jahat, kejam dan memiliki rasa bersalah juga turut menjadi perbincangan banyak orang. 

Tak sedikit yang bertanya-tanya, mengapa orang seperti Park Yeon-Jin tak memiliki rasa simpati pada teman-temannya hingga tetap merasa dirinya paling benar walau sudah melakukan kejahatan?

Menjawab hal ini, seorang Psikiater, dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ, melalui akun Twitternya menjelaskan mengapa ada seseorang yang bisa digambarkan sejahat itu tanpa rasa berdosa dalam hidupnya meski telah melalukan kejahatan besar dan tindakan kriminal dalam hidupnya. Berikut 5 alasannya.

Baca Juga: Totalitas di The Glory, Kim Hieora Sampai Dipanggil Ini oleh Orangtuanya

1. Pola Asuh

Menurut dokter spesial kedokteran jowa tersebut, hal ini bisa dipengaruhi oleh pola asuh. Pada awal-awal episode, tampak Park Yeon Jin mengalami kekerasan fisik dan verbal dari ibunya.

"Salah satu peran penting pengasuhan di awal kehidupan adalah: membangun hubungan yang sehat, sehingga seseorang bisa merasakan rasa nyaman dalam interaksi," cuit dia.

Lebih lanjut, dr. Jiemi mengatakan seseorang yang gagal menumbuhkan nyaman yang terkait dengan interaksi manusia, maka risikonya bisa melakukan kekerasan.

Ini karena rasa nyamannya didapatkan dari kekuatan, dominansi, atau popularitas. Tapi bukan dari hubungan otentik antar manusia itu sendiri. Karenanya dia tidak memiliki rasa bersalah.

Baca Juga: Inilah Jawaban Lee Do-Hyun saat Ditanya tentang Drama Korea The Glory Bagian 3

2. Enabling Behavior

Istilah "enabler" mengacu pada seseorang yang terus-menerus berperilaku dengan cara yang memungkinkan, membenarkan atau secara tidak langsung mendukung perilaku orang lain yang berpotensi membahayakan.

Pertama kali Park Yeon Jin melakukan tindakan kriminal, kata dr. Jiemi, sang ibu bukannya membiarkannya dihukum tapi malah menyembunyikan barang bukti dan membuat skenario seakan korbannya bunuh diri. Tujuannya sederhana, untuk “menolong” sang anak keluar dari masalah.

"Karna tidak dihukum maka Yeon Jin tidak sadar dia salah (Enabling). Ga sadar salah, jadi ga merasa bersalah. Yeon Jin takut ketauan, tapi bukan karna ngerasa bersalah. Dia cuma takut karirnya rusak, anaknya ga suka sama dia, takut ketauan. Tapi bukan ngerasa bersalah," tulis dr. Jiemi.

3. Sistem Pendukung Korban yang Buruk

The Glory (instagram/netflixkr)
The Glory (instagram/netflixkr)

Harusnya, korban perundungan memiliki sistem pendukung, minimal keluarganya yang membela hak korban. Tapi, karena keluarga Moon Dong Eun tak memiliki banyak daya melawan Park Yeon Jin, maka dirinya selalu diatas angin dan merasa selalu benar.

4. Tidak Tersedianya Sistem Untuk Mengatasi Bullying

Korban Park Yeon Jin melapor ke sekolah, atas apa yang mereka alami. Tetapi guru mereka membiarkan, dan malah menyalahkan korban. Hal inilah yang membuat Park Yeon Jin terus merasa aman karena dilindungi. 

"Harusnya sekolah fokus ke perbaikan perilaku pelaku, bukan korban disuruh nerima," ujarnya.

5. Memiliki Perasaan Berhak dan Kebutuhan Mengontrol

"Kadang pelaku kekerasan itu motifnya cuma dua ini. Ngerasa berhak, entah karna dia punya uang, posisi, tenar, superior, terhadap korbannya. Jadi berhak buat ngelakuin apa yang dia pikir mau dia lakuin," tulis dr. Jiemi.

Karena itulah, dia ingin mengontrol sekitar sesuai maunya. Hal ini biasanya disebabkan karna dirinya gagal mengontrol emosi dan pikirannya sendiri. Perasaan berhak ditambah mengontrol akan menjadi kombinasi buruk, hingga akhirnya akan terjadi perilaku kekerasan tanpa rasa bersalah, karena dirinya merasa berhak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI