Suara.com - Selebgram Lina Mukherjee dihujat publik setelah membuat konten memakan daging babi kriuk. Pasalnya, Lina diketahui beragama Islam yang mengharamkan konsumsi daging babi.
Tetapi, Lina Mukherjee ternyata menyadari kalau yang ia lakukan memang melanggar aturan agama.
Dalam potongan siaran langsung yang diunggah kembali akun Tiktok @voberlianathecat96, Lina Mukherjee mengatakan kalau makan babi menjadi dosanya sendiri. Bahkan, ia mengakui kalau dirinya adalah pendosa.
“Aku ini pendosa, aku ini manusia pendosa. Untung aja aku ini enggak bunuh diri, udah banyak cobaan hidup, stres,” ucap Lina Mukherjee dalam video yang diunggah, Selasa (14/3/2023).
Baca Juga: Konten Makan Kulit Babinya Viral, Lina Mukhrejee Tak Terima Dihujat: Apakah Kamu Suci 100%?
Lina Mukherjee menegaskan, kalau konten tersebut bukan untuk mengajak orang lain ikut makan babi. Melainkan hanya untuk kesenangan dirinya sendiri.
“Tapi aku happy melakukan itu. Tapi aku tidak meminta kalian untuk memakan babi kan di sini konteksnya. Aku tidak menyuruh umat untuk memakan kan intinya, kan aku makan untuk diri sendiri, lho,” sambungnya.
Larangan mengonsumsi babi bagi umat muslim memang telah ditegaskan dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 173 juga berbagai hadits Nabi Muhammad saw.
Alasan haramnya konsumsi babi ternyata tidak hanya karena faktor kesehatan, melainkan juga karena sifat-sifat buruk hewan tersebut. Seperti kesenangan dan ketertarikan yang sangat kuat pada hal-hal yang dilarang dan tidak adaya rasa ghairah atau kecemburuan padanya.
Diyakini bahwa setiap makanan bisa mempengaruhi orang yang mengonsumsinya, sehingga sifat-sifat buruk babi lambat laun juga bisa menular kepada yang memakannya.
Baca Juga: Tingkahnya Bikin Geleng-geleng, Lina Mukherjee 'Diserang' Netizen Usai Santap Makanan Haram Ini
Dikutip dari situs NU Online, ulama Imam Ibnu Hajar al-Haitami dengan menjelaskan sebagai berikut:
"Ulama berkata: ‘Dan mengonsumsi babi hukumya haram karena makanan akan menjadi jauhar (zat) pada tubuh orang yang memakannya, lalu ia pasti akan terpengaruh oleh akhlak dan sifat apa yang dimakannya. Padahal babi diciptakan sejak awal dengan mempunyai sifat-sifat yang sangat tercela, di antaranya kesenangan dan ketertarikan yang sangat kuat pada hal-hal yang dilarang dan tidak adaya rasa ghairah atau kecemburuan padanya. Karenanya orang diharamkan memakanya agar sifat-sifat buruk babi itu tidak tumbuh pada dirinya’. (Ibnu Hajar al-Haitami, Az-Zawajir ‘anil Iqtirafil Kabair, juz II, halaman 68).
Diriwayatkan pula bahwa ketika komunitas kaum Frank, sekelompok suku Jermanik yang mulai eksis di masa Kekaisaran Romawi, terbiasa mengonsumsi babi, maka hal itu membuat mereka meledak-ledak melakukan berbagai larangan agamanya, yaitu Nasrani. Bahkan mereka pun tak punya rasa cemburu ketika pasangannya diganggu orang lain.
Hal ini berbeda dengan hewan kaki empat lain yang tidak dilarang untuk dikonsumsi, misalnya kambing. Menurut ulama kambing tidak memiliki sifat-sifat buruk sebagaimana babi, sehingga memakannya tidak akan menyebabkan orang tertulari sifat-sifat buruk seperti itu.
Tentu sebenarnya kambing juga punya sifat buruk, tetapi tidak separah babi. Sehingga tujuan utama memakannya untuk mendapatkan asupan energi bagi tubuh, tidak dapat digugurkan karena bahaya yang lebih besar sebagaimana bahaya memakan babi.