Suara.com - Millen Cyrus sebelumnya pernah membuat sang ibu menangis akan keputusannya menjalani operasi payudara beberapa waktu lalu. Tentu hal ini cukup sulit untuk dilalui Millen Cyrus juga sang ibu.
Millen Cyrus menceritakan lika-liku dirinya menjalani kehidupan sebagai seorang trans, dirinya mengungkapkan bahwa sifat dan jiwa feminimnya sudah ada sejak ia kecil karena hormon laki-laki (testosterone) yang rendah.
“Dari kecil hormonku basically udah hormon perempuan kak. Jadi sekarang aku tes hormon, hormon cowokku udah mulai menurun,” ungkap Millen Cyrus seperti dikutip dari kanal YouTube TS Media, pada Selasa, (14/3/2023).
Oleh karena itu, sang ibu sudah merasakan akan perbedaan karakteristik yang sudah mengekspresikan diri sebagai perempuan sejak ia duduk dibangku sekolah dasar.
Baca Juga: Lucinta Luna Ucapkan Selamat Hari Perempuan Internasional, Netizen Malah Serang Identitas Gendernya
Millen Cyrus berterus terang masa transisi yang begitu berat yang harus dirinya jalani untuk menjadi seorang transgender yakni ketika dirinya meminta izin kepada sang ibunda karena memutuskan untuk melakukan operasi payudara.
“Saking kepercayaan diriku, aku telfon mama. Mah, aku di Thailand liburan sama temen. Boleh enggak aku entar subuh operasi? Aku lagi puasa. Nangislah (mama),” terang Millen.
Mendengar kabar tersebut tentu membuat sang ibu syok sampai menangis, namun ia meminta agar Millen untuk merenung kembali dengan beribadah dan memohon petunjuk.
Sampai akhirnya Millen kembali menelfon melalui tantenya untuk mendapatkan izin dari sang ibunda menjalani operasi payudara.
“Yaudah dek, lakuin. Karena mama juga tahu perasaan kamu, mama enggak bisa melarang perasaan kamu, lakuin kalau kamu happy mama happy,” tambah Millen menceritakan kepada Nirina Zubir dan Melany Ricardo selaku host pada acara tersebut.
Baca Juga: 10 Gaya Pacaran Millen Cyrus dan Lionel Lee, Mesra sampai Bikin Tato Couple
Mendapati anak yang melela atau coming out tentu bukanlah perkara yang mudah bagi setiap orangtua. Termasuk ibunda Millen Cyrus.
Meski begitu, sebagai orangtua setidaknya tetap harus memberikan dukungan baik agar sang anak tak merasa terpuruk bahkan sampai dikucilkan masyarakat akan keputusannya tersebut.
Sebagaimana yang dilansir dari laman Psychology Today, Joel L. Young M.D membagikan pendapatnya mengenai cara penerimaan orangtua pada anak yang memilih untuk melela. Disimak secara bijak ya, parents.
Menerima Identitas Anak
Pada tahap awal tentunya akan merasa sulit, namun ini bisa dilakukan secara perlahan menerima identitas anak agar ia merasa dilindungi dan tak dikucilkan. Meski tak menutup kemungkinan hal ini hanya sementara dan bisa berubah kembali.
Coba untuk berdiskusi dengan anak dan tanyakan hal apa yang menyebabkan ia menjadi seperti seperti ini dan bantu anak untuk bisa menyelesaikan masa-masa tersulitnya.
Renungi Hal yang Menimpa Anak
Anak tak mungkin begitu saja memilih untuk menjadi seorang trans. Renungi dan pelajari hal yang menimpanya sampai memutuskan menjadi seorang trans. Hal ini dapat membantu orangtua untuk lebih memahami dan membantu anak untuk bisa lebih bijak dalam mengambil keputusannya seperti sekarang ini.
Tetap Awasi dan Mengarahkan
Sekalipun anak memilih untuk menjadi seorang trans, ia tetaplah anak Anda. Jangan biarkan ia menjadi orang asing. Tetap awasi dan arahkan anak untuk bisa lebih baik lagi, setidaknya agar ia tidak terjerumus lebih dalam. Supaya anak masih bisa dibimbing untuk kembali ke kehidupan sebelumnya.
Jangan Menuntutnya untuk Menjalani Terapi
Banyak asumsi menjadi seorang trans adalah bagian dari gangguan kejiwaan. Membantu anak agar tak terjerumus lebih dalam sebagai seorang trans, bisa dengan tak menuntunya untuk menjalani terapi. Hal tersebut justru akan membuatnya merasa tak dicintai dan tak berharga.
Ajak secara perlahan dan jelaskan dengan tenang, mengenai kehidupan sebagai seorang trans.
Siapkan Mental Anda Terlebih Dulu
Memiliki anggota keluarga seorang trans tentu bukan perkara mudah, seperti yang dialami ibunda Millen Cyrus. Perlu waktu yang cukup lama dan matang sampai dirinya mampu untuk menerima keputusan sang anak. Perlu diingat, hal ini tentunya jauh lebih berat dialami sang anak daripada yang Anda rasakan.
Agar mampu dan sanggup untuk membantu sang anak, pastikan mental Anda sudah matang terlebih dulu untuk menerima kenyataan. Selanjutnya minta bantuan professional seperti psikolog atau psikiater agar sama-sama membimbing Anda juga sang anak.
Penulis: Shilvia Restu Dwicahyani