Suara.com - Bulan Ramadhan sudah semakin dekat pertanda seluruh umat muslim akan menjalani ibadah puasa. Biasanya orangtua akan mulai mengajarkan anak untuk ikut puasa.
Meskipun anak-anak yang belum baligh belum berkewajiban untuk melakukannya. Puasa merupakan ibadah yang bertujuan untuk menahan diri dari hawa nafsu selama satu hari penuh atau kurang lebih 13 jam waktu di Indonesia.
Umat muslim akan menahan diri untuk tidak makan dan minum mulai dari waktu subuh sampai magrib. Serta belajar untuk lebih mengontrol diri dari segala emosionalitas agar menjadi pribadi yang lebih rendah diri dan ikhlas.
Ustaz Adi Hidayat melalui unggahan di kanal Youtube-nya pada 18 Februari 2022 lalu mengungkapkan usia ideal untuk mengajarkan anak berpuasa. Menurutnya, usia ideal untuk mengajarkan anak berpuasa yakni sebelum baligh.
Baca Juga: Ramadhan Sebentar Lagi, Waktunya Berburu Resep. Ini Resep Wedang Rumput Laut, Minuman Sejuta Manfaat
“Jadi saya simpulkan berapa usia yang ideal untuk melatih anak puasa secara sempurna, satu batas idealnya sebelum sampai baligh diukur dengan kemampuan dia menunaikan puasa. Tapi dilakukan secara bertahap sampai dia mendapatkan kematangan, kenikmatan serta kemampuan menunaikan secara penuh,” jelas ustaz Adi Hidayat, dikutip pada Selasa, (14/3/2023).
Ada pun yang harus orangtua pahami dalam mengajarkan anak untuk berpuasa yakni dengan tidak memaksakannya, walaupun sudah dekat waktu magrib.
Tujuannya, agar anak tidak merasa terbebani dan metabolisme tubuhnya bisa menyesuaikan untuk berpuasa.
“Jangan sampai sudah jam 5 dia enggak kuat. Lalu dikatakan ayo nak semangat nak nanti dapat pahala tinggi, itu keliru. Allah saja minta buka, kenapa kita paksa sampai magrib? Biarkan semampunya nanti dengan kemampuan itu secara bertahap sampailah dia kemudian pada keadaan yang siap untuk puasa penuh,” terangnya.
Imbalan hadiah melanggar Syariat?
Seringkali para orangtua mengajarkan anak untuk berpuasa dengan mengiming-imingi hadiah. Hal ini dilakukan sebagai bentuk untuk memotivasi anak supaya mau berpuasa bahkan sampai magrib.
Namun, apakah memberikan imbalan hadiah untuk mengajarkan anak beribadah termasuk melanggar syariat?
Buya Yahya memberikan pendapatnya mengenai hal tersebut, baginya memberikan hadiah kepada anak dalam rangka mengajarkannya untuk beribadah diperkenankan. Asalkan para orangtua menanamkan pada anak niat dan tujuannya untuk beribadah kepada Allah bukan hal lain.
Tugas orangtua disini yaitu membiasakan anak untuk melakukan kebaikan dan pahamkan bahwasannya kebaikan yang dia lakukan akan ia petik buahnya. Sambil berjalan menanamkan keimanan pada Allah.
“Untuk anak-anak boleh beri motivasi dia bebuat baik dengan hadiah. Nanti disaat dia dewasa, dia sudah terbiasa dengan kebaikan-kebaikan tersebut, dia lupa dengan hadiah dan yang dia rindu hanyalah hadiah dari Allah yaitu pahala,” tambah Buya Yahya, dikutip pada Selasa (14/3/2023) melalui kanal YouTube-nya.
Pujilah anak akan setiap prosesnya, karena seperti yang ustaz Adi Hidayat sampaikan bahwa Allah pun tidak memberikan beban.