Suara.com - Kondisi David Ozora, korban penganiayaan anak eks pejabat Ditjen Pajak, Mario Dandy Satriyo, kini semakin membaik. Hal tersebut diungkap sang ayah, Jonathan Latumahina di akun Twitter miliknya.
Dalam video yang diunggah, tampak David Ozora yang masih menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Mayapada, Jakarta Selatan, sudah bisa menggerakkan tubuhnya.
"Dimishing between worlds," tulis Jonathan Latumahina pada Minggu (12/3/2023).
Menariknya, di tengah video yang dibagikan sang ayah, terdengar sebuah alunan musik heavy metal dari Behemoth yang berjudul Ov Fire and the Void.
Baca Juga: CEK FAKTA: Agnes Gracia Cewek Bookingan hingga Kepergok di Kamar Hotel, Benarkah?
Sebelumnya, musisi Addie MS saat menjenguk David, ditemani oleh anaknya, Kevin Aprilio juga sempat mengomentari hal tersebut.
"Biasanya kalau kondisi seperti ini musik yang tenang, relaksasi. Tapi begitu saya dengar musiknya yang heavy metal itu, hah?" tutur Addie kepada usai menjenguk David pada Rabu (8/3/2023), melansir NU Online.
Addie yang merupakan Anggota Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lesbumi PBNU) menyebutkan bahwa keluarga David menyebut, anaknya itu memang terbiasa mendengarkan musik-musik dengan genre metal dalam kondisi normal.
David biasa mendengarkan lagu itu sebagai pengantar tidur dan menggunakan headphone. Apabila headphone dilepas, David justru akan bangun.
Manfaat Terapi Musik Heavy Metal
Baca Juga: Kasihan, Mario Dandy Belum Pernah Dikunjungi Keluarganya selama Berada di Rutan Polda Metro Jaya
Ada konotasi negatif yang terkait dengan preferensi musik ekstrim dan keanggotaan subkultur heavy metal, terutama seputar bunuh diri, 'kenakalan' dan kekerasan.
Namun, Community Psychology menyoroti bahwa banyak penggemar metal menggambarkan dampak yang berlawanan dari skena dan musik; itu adalah efek menenangkan dan manfaat lain untuk kesejahteraan.
Heavy metal dan rap, seringkali memiliki lirik yang marah atau kasar. Tetapi beberapa penelitian menarik telah menemukan bahwa mendengarkan musik sebenarnya baik untuk anak-anak.
Dilansir AJC, satu studi, yang dilakukan oleh para peneliti di Cardiff Metropolitan University di Inggris, menemukan bahwa orang yang mendengarkan musik yang mereka sukai meningkatkan fungsi kognitif dan ingatan mereka. Tetapi mendengarkan musik yang tidak mereka sukai menghasilkan kinerja memori jangka pendek yang buruk.
Para peneliti di Turki, mencoba menemukan hubungan antara musik, stres, dan kerontokan rambut — meminta 1.540 sukarelawan mendengarkan berbagai Daftar putar Spotify. Genre yang paling mengurangi stres adalah pop tahun 80-an, dengan pendengar melihat penurunan detak jantung mereka rata-rata 36%, dan 96% pendengar melihat penurunan tekanan darah mereka.
Sementara pendengar heavy metal tidak ketinggalan, dengan penurunan detak jantung 18% dan 89% mengalami penurunan tekanan darah.
Studi Tentang Terapi Heavy Metal
Dalam sebuah studi di University of Queensland School of Psychology, para peneliti mempelajari efek "musik ekstrem" pada pendengar yang mengumpulkan sekelompok pendengar heavy-metal reguler berusia 13-34 tahun.
Para peneliti memulai dengan sesi 16 menit yang dirancang untuk sengaja membuat marah subjek dengan mengemukakan kenangan tidak menyenangkan atau masalah yang berkaitan dengan uang, hubungan, atau pekerjaan.
Subjek yang dicentang kemudian secara acak ditugaskan untuk menghabiskan 10 menit berikutnya dalam keheningan atau mendengarkan musik heavy metal dari daftar putar mereka sendiri.
Separuh dari mereka di grup musik memilih lagu yang mengandung agresi atau amarah, sementara separuh lainnya memilih lagu dengan tema keterasingan dan kesedihan.
Hasilnya mengejutkan. Alih-alih membuat pendengar yang marah menjadi lebih marah, atau memicu episode depresi, bunuh diri, penyalahgunaan narkoba atau kekerasan, musik heavy metal "meningkatkan emosi positif," menurut Leah Sharman, rekan penulis studi tersebut.
“Saat mengalami kemarahan, penggemar musik ekstrim suka mendengarkan musik yang bisa menyamai amarah mereka,” ujarnya.
Musik membantu mereka mengeksplorasi keseluruhan emosi yang mereka rasakan, tetapi juga membuat mereka merasa lebih aktif dan terinspirasi. Hasilnya menunjukkan tingkat permusuhan, lekas marah, dan stres menurun setelah musik diperkenalkan, dan perubahan paling signifikan yang dilaporkan adalah tingkat inspirasi yang mereka rasakan.”
Meskipun demikian, kita semua tahu bahwa musik dapat memang memengaruhi perasaan kita, memunculkan emosi seperti kegembiraan, kesedihan, cinta, dan kemarahan. Namun, pertanyaan besarnya adalah apakah emosi tersebut memicu jenis perilaku tertentu.
Peneliti Belanda Juul Mulder menemukan bahwa gadis remaja yang menyukai musik rap lebih mungkin untuk merokok, anak laki-laki yang mendengarkan musik heavy metal cenderung tidak merokok, dan anak perempuan lebih kecil kemungkinannya untuk minum. Namun, para peneliti di kedua studi tersebut sangat berhati-hati untuk mencatat bahwa tidak ada bukti bahwa musik benar-benar menyebabkan perilaku tersebut.
Sejumlah penelitian lain telah mengkonfirmasi temuan Sharman bahwa ketika orang-orang dalam keadaan emosional tertentu mendengarkan musik yang cocok dengan keadaan itu — entah itu Bach, Brahms, Taylor Swift, Thundercat, atau Jay Z — mereka merasa lebih baik.