Suara.com - Perilaku wisatawan asing asal Rusia di Indonesia kembali jadi sorotan. Terbaru ada sejumlah turis asal Rusia yang menyalakan kembang api flare di kawasan wisata Kawah Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menegaskan bahwa aksi tersebut tidak hanya mengganggu wisatawan lain tapi juga berpotensi merusak lingkungan.
"Smoke bomb atau flare di Kawah Ijen ini melanggar UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya," kata Sandiaga dalam konferensi pers di kantor Kemenlarekraf, Jakarta, Senin (6/3/2023).
Akibat dari tindakannya tersebut, para turis itu akhirnya masuk catatan hitam atau blacklist dan tidak bisa mengunjungi Kawah Ijen lagi.
Baca Juga: Sandiaga Uno Sebut Hammersonic 2023 Bawa Pengaruh Besar untuk Pariwisata Indonesia
Ulah nyeleneh turis Rusia di Indonesia itu bukan yang pertama kali terjadi. Pada pertengahan 2022 juga sempat ramai aksi turis perempuan asal Rusia yang berfoto telanjang di depan pohon yang dikeramatkan di Bali.
Turis tersebut rupanya seorang influencer yoga asal Rusia, Alina Fazleeva. Ia dan suaminya Andrey, sampai dideportasi dan dilarang memasuk ke Indonesia selama enam bulan, setelah Fazleeva menyinggung umat Hindu Bali dengan memposting gambar dirinya berpose telanjang di pohon suci Kayu Putih di belakang Pura Babakan di kabupaten Tabanan, Bali.
Di balik berbagai tingkah 'ajaib' para bule tersebut, wisawatan asing asal Rusia ternyata memang memiliki karakteristik khusus. Terutama pasca terjadi perang antara Rusia dengan Ukraina pada Maret 2022 lalu. Perang itu berimbas terhadap penutupan kerjasama maupun transaksi yang berkaitan dengan Rusia oleh negara-negara lain, terutama Eropa.
Pelaku wisata di Moskow, Rusia, Olga Smyshlyaeva mengungkapkan kalau sejak itu minat berwisata masyarakat Rusia, terutama orang kaya, telah bergeser.
Dikutip dari situs DW, berikut kebiasaan liburan yang sering dilakukan turis Rusia.
1. Liburan Mewah
Pasca terjadinya perang, orang-orang kaya Rusia kembali bepergian, terutama ke Maladewa, Mauritius, dan Turki, sejak Mei 2022. Kebanyakan dari mereka lakukan permintaan untuk liburan mewah.
"Orang-orang terbiasa dengan realitas baru (Rusia berperang) dan mulai beradaptasi dengan itu," kata Smyshlyaeva.
Beberapa minggu sebelum liburan musim panas di Rusia, akan banyak pemesan hotel kelas atas di luar negeri, terutama di Turki. Menurut Smyshlyaeva, kebanyakan orang Rusia memesan hotel mewah di sepanjang pantai Aegean, Turki.
2. Belum Banyak yang Datang ke Negara Asia Tenggara
Tahun lalu, Yunani dan Italia masih sangat populer di kalangan orang Rusia. Kedua negara itu diyakini menjadi yang toleran terhadap turis Rusia. Sementara perjalanan ke Uni Emirat Arab maupun wilayah Asia Tenggara belum terlalu banyak karena terkendala penerbangan yang sedikit.
3. Kurang Tertarik Berlibur ke Eropa
Orang Rusia rupanya kurang tertarik menghabiskan liburan di Eropa. Alasannya karena adanya penghapusan penerbangan langsung dari dan menuju Uni Eropa juga pemberlakuan sanksi terhadap Rusia akibat perang. Selain itu, akses visa bagi orang Rusia juga semakin dibatasi.
4. Selera Turis Kaya Raya di Rusia Berbeda
Akan tetapi, orang kaya Rusia belum sepenuhnya menyerah pada Eropa. Olga Smyshlyaeva mengatakan rekan senegaranya masih senang mengunjungi Italia, Prancis, dan Spanyol, meskipun untuk sampai ke sana perlu jalan memutar melalui negara-negara seperti Turki, Serbia, atau Finlandia.
Bandara Helsinki, misalnya, penuh dengan turis Rusia yang kaya. Alasannya karena Finlandia mudah dijangkau melalui darat dari Rusia. Kemudian dari negara itu tersedia penerbangan langsung ke berbagai ibu kota negara di Eropa.
5. Malas Ribet dengan Proses Transaksi di Luar Negeri
Perbedaan mata uang juga proses trnasaksi juga kerap jadi kendala. Apalagi setelah terjadi perang, sejumlah negara memilih menangguhkan visa dan mastercard orang Rusia. Akibatnya melakukan pembayaran menuju maupun di luar negeri hampir tidak mungkin dilakukan. Transaksi bank juga menjadi jauh lebih rumit.