Suara.com - Mengasuh dan mendidik anak merupakan proses yang panjang. Dikatakan Psikolog Anak —Desti Apryanggun, tidak ada ukuran pasti mengenai benar atau salah dalam mendidik anak.
Terlepas dari itu, orangtua terap diminta banyak mencari informasi seputar mendidik anak. Desti pun menyebut setidaknya ada tiga cara dalam gaya komunikasi pada pengasuhan anak, yakni pasif, agresif, dan asertif.
Kata Desti, orangtua yang mengadopsi gaya pasif cenderung memberi kebebasan seluas-luasnya pada anak. Dengan begitu, orangtua lebih menuruti kemauan anak di mana anak tumbuh menjadi pribadi yang sulit dikontrol dan sering melawan.
Sedangkan gaya agresif umumnya memposisikan orangtua lebih dominan sehingga banyak memaksa dan menekan anak. Orangtua yang menerapkan gaya agresif secara tak sadar kerap melontarkan kalimat perintah yang memaksa dan intimidasi.
Baca Juga: Ikut Menelan Imbas Polemik Impor KRL dari Jepang, Anker: Kenapa Nggak Diantisipasi Dari Dulu?!
Berhadapan dengan orangtua dengan gaya ini akan membuat anak jadi pendiam, frustrasi, dan ada pula yang berontak lalu menunjukkan sikap agresifnya di luar rumah.
Berbeda dengan gaya pasif maupun agresif, gaya asertif berada di tengah antara keduanya. Gaya asertif lebih mengedepankan komunikasi terbuka antara orangtua dan anak, jadi tidak l saling mendominasi.
Hanya saja kata Desti, orangtua harus lebih aktif untuk menggali informasi seputar kebutuhan, keinginan, dan harapan buah hati.
“Tidak hanya yang disampaikan anak, Ibu juga perlu sensitif melihat dan memahami pesan nonverbal yang diperlihatkan anak agar dapat lebih mengerti situasi yang dialaminya,” kata psikolog dari Kalbu itu.
Lebih lanjut dikutip dari siaran pers Pino Es Serut Buah, Senin (6/3/2023), berikut beberapa cara yang disarankan oleh Desti Apryanggun untuk mengembangkan gaya asertif.
Baca Juga: Dokter Boyke Bongkar Cara Atur Jenis Kelamin Anak sesuai Keinginan, Bukan soal Posisi Seks?
1. Tegas Bukan Berarti Keras
Sikap tegas diperlukan dalam mendidik anak, namun bukan berarti bersikap keras atau kasar pada anak. Tegas berarti berpegang teguh pada aturan yang sudah disepakati bersama tapi tanpa merugikan atau menyakiti siapapun.
Saat menunjukkan sikap tegas, orangtua lebih baik hindari menggunakan gestur tubuh, gaya bicara, maupun intonasi yang berpotensi mengintimidasi anak.
2. Jalin Komunikasi yang Nyaman
Jadilah pendengar yang baik, karena dari mendengar orangtua bisa memahami anak lebih banyak. Orangtua bisa membangun kebiasaan yang membuat anak lebih terbuka sehingga pandangan dan pendapatnya mau disampaikan pada orangtua.
Banyak momen yang bisa dijadikan kesempatan, misalnya dengan melakukan kegiatan pillow talk jelang tidur. Kebiasaan ini bisa meningkatkan bonding sehingga anak akan merasa nyaman menjalin komunikasi dengan orangtua.
3. Membuat Kesepakatan Bersama
Bukan hanya memberikan solusi atas situasi yang dialami anak, orangtua juga perlu mengajak anak membangun komitmen bersama. Ketika ada suatu masalah yang dialami dan sudah ada pemecahan masalah, konsensus menjadi langkah bersama.
Hanya saja, tantangan bisa datang dari anak yang cenderung canggung, segan, atau malu. Di sinilah kata Desti, peran orangtua untuk membantu dan berperan serta aktif mengajak anak untuk lebih terbuka.
Sementara itu Marketing Communication Manager UNIFAM —Anastasia A. R mengatakan, ngemil bersama dapat menjadi kesempatan bagi orangtua dan anak untuk saling mengenal, berdiskusi, merencanakan sesuatu, bertukar pikiran, atau sekadar menceritakan hal lucu.
"Aktifitas cara santap Pino Es Serut Buah yang unik yaitu dengan diserut-serut dapat menciptakan momen sendiri bagi orangtua dan anak di tengah-tengah aktivitas rutin yang padat," jelasnya.