Suara.com - Model asal Hong Kong, Abby Choi dikabarkan meninggal dunia dalam keadaan tubuh terpotong. Awalnya, Abby Choi dilaporkan hilang sejak 21 Februari.
Dilansir dalam laman The News, meninggalnya Abby Choi ini merupakan perbuatan mantan suaminya, Alex Kwong. Abby Choi dengan keluarga Alex Kwong memiliki perselisihan keuangan. Hal tersebut membuat keluarga Alex melakukan pembunuhan kepada model majalah L'Officiel Monaco ini.
Berdasarkan keterangan kepolisian, tubuh Abby Choi ditemukan di berbagai tempat, mulai dari kulkas, hingga dijadikan sup di dalam panci.
Tidak hanya itu, di dalam rumah sewaan keluarga Alex Kwong ini juga ditemukan berbagai alat potong mulai dari pisau, gergaji yang diduga sebagai perlengkapan untuk membunuh Abby Choi.
Baca Juga: Miss V Nyeri Usai Berhubungan Seks, Perlu Khawatir Enggak Sih?
Akun Instagram Abby Choi langsung banjir kiriman doa dari para warganet di seluruh dunia. Beberapa juga mengutuk aksi keji yang dilakukan keluarga Alex Kwong kepadanya. Apalagi, keluarga tersebut dengan tega memutilasi Abby Choi hingga membuat bagian tubuhnya terpencar.
Terkait pembunuhan sendiri, rupanya ada faktor psikologi yang mendorong pelaku melakukan mutilasi kepada korban. Melansir The Nation Thailand, studi menemukan, pelaku mutilasi merupakan suatu bentuk kekerasan secara sadar.
Artinya, mereka yang melakukan mutilasi sadar secara penuh apa yang dilakukannya. Perilaku kejam ini juga didorong karena beberapa hal di antaranya.
- Pelaku mutilasi biasanya memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan potong-memotong. Entah mereka bekerja di dunia medis, tukang daging, penyembelih hewan, dan lain-lain. Hal ini membuatnya memutuskan untuk memutilasi korban.
- Pelaku mutilasi juga bisa mengalami trauma dalam dirinya. Mereka sering mengalami tekanan dan lebih memilih memendam perasaan tersebut. Sebab perasaan menahan diri itu, mereka memutuskan melakukan kejahatan yang keji.
Baca Juga: Bisa Bikin Nyeri saat Bercinta, Bagaimana Cara Mengatasi Miss V Kering?
- Pelaku mutilasi memiliki gangguan psikopat sehingga mereka tidak bisa mengontrol amarahnya. Hal ini juga yang membuatnya terdorong melakukan kekerasan kepada orang lain. Tidak hanya itu, mereka dapat melakukan kekerasan yang cukup parah terhadap korbanya, termasuk mutilasi.
Sementara itu, kriminolog, Natee Jitawang mengatakan, pelaku mutilasi juga sering melakukan perilaku menyimpang. Hal ini membuatnya melakukan kekerasan berlebihan. Bahkan, mereka akan menganggap hal-hal sadis sebagai kekerasan normal.