Suara.com - Bisa menghasilkan kesan vintage dan alam, tren furnitur kayu banyak diburu pemilih rumah baik milenial maupun usia dewasa muda. Tapi sebenarnya, sulit nggak sih merawat furnitur kayu?
Desainer Furniture Blackwood, Yohan Satya mengatakan bahwa banyak orang Indonesia salah kaprah saat merawat furnitur kayu, yaitu selalu dibersihkan dengan lap basah.
"Kebiasan orang di sini itu furnitur kayu selalu dilap pakai kain basah, padahal itu nggak perlu, dan menariknya hanya berlaku di Indonesia, karena dari beberapa produk Blackwood yang ada di seluruh dunia, kebiasaan membersihkan ini hanya ada di Indonesia," ujar Yohan saat konferensi pers di Showroom Blackwood di Plaza Indonesia lantai 3, Jakarta Pusat, Selasa (21/2/2023).
Padahal menurut Yohan, penggunaan kain basah untuk membersihkan kayu hanya akan mengubah warna material kayu, sehingga warna furnitur cenderung lebih pudar dibanding pertama pembelian.
Baca Juga: Inilah Furnitur Asli Indonesia yang Menganut Prinsip Ramah Lingkungan
"Jadi padahal nggak perlu pakai kain basah, ya cukup pakai kain kering, mayang microfiber, lalu lantai debu di bawah disapu aja," papar Yohan.
Ia juga menambahkan, khusus untuk furnitur kayu premium sudah pasti perawatannya akan lebih ekstra dan butuh perhatian tinggi. Meskipun tidak bisa menampik, furnitur yang digunakan akan rusak atau baret.
"Biasanya kalau furnitur seumur hidup, yang menyerah bukan kayunya tapi hardwarenya, jadi pastikan hati-hati dan dirawat dengan baik," jelas Yohan.
Sementara itu Blackwood sendiri baru saja meluncurkan variasi kolaborasi yakni Aura Collection by Sebastiano Zilio yang terdiri dari 20 jenis furnitur terdiri dari sofa, meja ruang tamu, meja makan, lampu, hingga meja kerja besar.
Koleksi ini terdiri dari furnitur kontemporer yang memadukan berbagai tema negara dari mulai modern, vintage hingga industrial. Material yang digunakan meliputi kayu, metal, kulit, marmer dan kain.
Baca Juga: Jangan Asal! Begini Tips Menata Ruang Makan Sempit di Rumah Sederhana
“Keindahan perlu disebarluaskan demi memuaskan hasrat hati yang paling dalam, sekaligus di saat yang sama, membudidayakan penyebarannya," timpal Sebastiano Zilio.