Suara.com - Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri kembali menuai polemik dengan melarang cucunya mencari kekasih dengan postur tubuh pendek. Tapi faktanya penelitian membuktikan orang dengan tinggi badan di atas rata-rata tidak berumur panjang atau berisiko kematian lebih cepat.
Pernyataan ini disampaikan saat ia jadi pembicara kunci pada Seminar Nasional Pancasila dalam Tindakan: Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, Kekerasan dalam Rumah Tangga, serta Mengantisipasi Bencana yang digelar BKKBN, BPIP dan BRIN.
Awalnya ia membanggakan ketujuh cucunya yang tubuh tinggi dan keren. Kepada para cucunya ia juga berpesan untuk tidak cepat-cepat menjalin asmara dan mempertimbangkannya dengan matang, khususnya menyarankan pilih pasangan dengan tinggi badan 180 centimeter.
"Saya bilang dari sisi ilmu genetika, itu merusak banget. Aduh enggak dah. Hayo ketawa loh. Wah iya-loh. Pokoknya saya ceplas ceplos. Loh, iya dong, maunya 180 (cm). Saya ngomongin dong ke cucu saya, yang keren dong, ganteng," ucap Megawati.
"Yang ini kan lima perempuan, cantik-cantik lagi, aduh aku ya sayang loh, kalau dipek wong elek (dimiliki orang jelek)," kata Megawati lagi sambil tertawa.
Di sisi lain mengutip Healthline, Kamis (17/2/2023) memiliki tinggi badan di atas rata-rata membuat orang tersebut punya banyak keuntungan, dari mulai kesehatan yang baik karena menandakan ia punya asupan gizi yang baik saat bayi dan anak-anak.
Tapi sayangnya, dari sisi usia orang yang dengan tinggi badan di atas rata-rata cenderung punya usia yang lebih pendek. Sebagaimana penelitian yang pernah dilakukan pada petugas militer di Italia, orang kelahiran 1866 hingga 1915 , mereka yang memiliki tinggi badan di bawah 161 centimeter cenderung hidup lebih lama dibanding tinggi di atas 161 centimeter.
Selain itu, penelitian di 2017 juga menunjukan penelitian pada 3.901 pemain basket yang hidup dan meninggal antara 1946 hingga 2010.
Hasilnya ditemukan orang dengan tinggi rata-rata 197 centimeter, dan 5 persen pemain basket tertinggi, meninggal lebih muda dari pada 5 persen pemain terpendek.
Sayangnya, kedua penelitian ini tidak menjelaskan lebih lanjut alasan orang yang lebih pendek bisa berumur lebih panjang, tapi peneliti menduga bisa disebabkan karena orang lebih tinggi memiliki triliunan sel lebih banyak dibanding orang pendek, ini menyebabkan semakin banyak sel yang berisiko terpapar radikal bebas hingga karsinogen zat penyebab kanker.
Selain itu semakin bertambah usia, maka diperlukan makin banyak sel pengganti, tapi karena hanya sel yang harus diganti, hasilnya sel tidak mencukupi untuk memperbaiki kerusakan jaringan dan organ pada orang yang lebih tinggi.
Bahkan temuan penelitian di 2016 juga menunjukan lelaki dan perempuan Amerika menemukan hubungan antara tinggi badan dan risiko kanker. Hasilnya tambahan satu inci tinggi badan meningkatkan risiko kematian karena kanker sebesar 7,1 persen pada lelaki, dan risiko 5,7 persen lebih tinggi kematian karena kanker pada perempuan.