Suara.com - Rizky Billar tak terima disebut riya oleh netizen di Instagram. Ia kembali berseteru dengan netizen yang menudingnya selalu menggunakan uang Lesti Kejora untuk membeli aset.
Diketahui, baru-baru ini Rizky Billar sempat memamerkan bahwa dirinya membeli tanah dan mobil untuk Lesti Kejora di Instagram.
"Iya mudah-mudahan saja yang dipake beli tanah, mobilmu, pake uang kamu, gak ada uang Lesti," komentar akun @NovieFirdausi lewat DM Rizky Billar.
Tidak terima dengan tudingan tersebut, Rizky Billar membalikkan kata-kata @NovieFirdausi dengan sebuah pertanyaan. Suami Lesti Kejora ini juga menyebut netizen itu bertingkah 'kocak' lantaran menyuruhkan diam dan tidak perlu mengunggah apa pun tentang rumah tangganya ke media sosial.
Baca Juga: Mesra Lagi, Rizky Billar Gendong Lesti Kejora Turun dari Mobil, Netizen: Mau Positif Thinking
"Asli kocak banget nih orang. Kalau ternyata saya gak pernah nyentuh uang istri saya gimana bu? Hati-hati ghibah jika ternyata benar, jika ternyata tidak benar jatuhnya fitnah bu," balas Rizky Billar dalam unggahan Instagram Story, Minggu (12/2/2023).
Rizky Billar pun menjelaskan bahwa sebelum menikah harta miliknya dan Lesti Kejora sudah diberikan kepada keluarga.
Namun, akun @NovieFirdausi juga meminta Rizky Billar untuk tidak memamerkan harta bendanya kepada publik. Sebab menurutnya, tindakan sang aktor tersebut tergolong riya dan sombong.
"Cukup hanya kamu sama Lesti saja yang tau kehidupan rumah tangga kamu. Kamu punya apa wes skip aja buat pribadi kalian saja. Apa untungnya juga kamu lihatkan ke orang," sambung @NovieFirdausi.
Rizky Billar pun meminta @NovieFirdausi untuk meng-unfollow akunnya saja bila unggahannya dirasa terganggu.
Baca Juga: Nikita Mirzani Komentari Penampilan Lesti Kejora, Netizen: Awas Pujiannya Minta Dibalikin
Riya atau pamer menurut Islam memang dilarang. Dikutip dari situs NU Online, jebakan riya sangat banyak. Belum lagi perangkap kesombongan, gila popularitas (sum’ah), cari perhatian (tamalluq), dan semisalnya.
Imam al-Ghazali berkata, buta dari mengenal seluk-beluk benalu amal membuat kita mustahil dapat menghindarinya, (Abu Hamid al-Ghazali, Kitab al-Arba’in fi Ushul ad-Din, halaman 102).
Dalam Kitab al-Arba’in halaman 100-101 Imam al-Ghazali menjelaskan secara rinci 6 tempat yang sangat berpotensi menumbuhkan riya, di antaranya:
Pertama, dalam bentuk badan dan raut muka. Al-Ghazali menyebut beberapa contoh terkait ini. Seperti ‘menampakkan’ badan yang kerempeng dan lemah misalnya, agar orang-orang melihatnya tampak seperti seorang ahli ibadah, ahli riyadhah, puasa, dan semisalnya. Termasuk juga memperlihatkan raut muka sedih, supaya terlihat seperti orang yang punya pengamatan mendalam ihwal kehidupan dan kehinaan dunia. Semua itu bagian dari riya’ yang diwanti-wanti al-Ghazali.
Kedua, dalam penampilan. Contoh kecil, seperti mencukur kumis agar terlihat lebih menawan dan mempesona sehingga banyak orang terpukau, menundukkan kepala saat berjalan, bergerak dan melangkah secar elegan supaya tampak lebih berwibawa, menampakkan bekas sujud di dahi agar tidak diragukan kualitas sujudnya, dan hal-hal serupa.
Ketiga, dalam style pakaian. Seperti mengenakan pakaian lengan panjang dengan lengan baju yang terlipat, tiada tujuan lain kecuali agar terlihat lebih keren, misalnya. Berbaju lusuh dengan beberapa tambalan juga termasuk salah satunya, bila tujuannya agar terlihat sebagai seorang sufi besar lagi bersahaja.
Keempat, riya dengan ucapan. Hal ini termasuk yang kerapkali menjebak para dai. Jadi, sebaiknya berhati-hati. Karena, orang alim pun tidak terlepas dari penyakit riya.
Kelima, riya dalam perbuatan. Seperti memperlama rukuk dan sujud, misalnya, sedekah, puasa, haji, dan lain sebagainya. Semua itu sangat potensial untuk memunculkan riya. Bahkan, gerak-gerik tubuh kita pun ketika melenceng dari niat luhur kerapkali terjerumus dalam penyakit hati ini.
Keenam, riya juga bisa tumbuh karena banyaknya murid, teman, dan guru yang bisa dipamerkan. Seperti orang yang sering berkunjung kepada para gurunya, sehingga ia memiliki branding diri yang baik di mata umat: misalnya dekat dengan orang alim, sering bertabaruk, dan seterusnya.