Suara.com - Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia terhadap bahaya konsumsi makanan dan minuman manis berlebih sudah meningkat, hal ini diakui produsen makanan dan brand minuman kekinian dengan banyaknya pesanan less sugar.
Less sugar adalah pemberian gula yang lebih rendah dibandingkan gula standar yang digunakan oleh produk minuman, dan bukan rendah gula berdasarkan kebutuhan harian.
Dikatakan CEO Ban Ban Indonesia, Wu Yi Jun bahwa pemesanan minuman less sugar atau no sugar alias tanpa gula ini umumnya dilakukan oleh usia 30 tahun ke atas, saat dimana mereka mulai sadar terhadap kesehatan.
"Itu ada, umumnya usia 30 ke atas dan udah jadi lifestyle, (pemesananya) makin meningkat cuma mereka udah tahu di Ban Ban pakai buah-buahan, jadi manisnya dapat dari buah-buahan," ujar Wu Yi Jun saat peluncuran produk kolaborasi Ban Ban dan Waffle Tango di Grand Indonesia, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Pasang Logo Halal di Gerainya, Mixue Kena Semprot MUI
Pilihan ini juga disarankan Wu Yi Jun khusus untuk orang yang khawatir diabetes atau memang orang yang sudah diabetes. Apalagi ia mengklaim, mayoritas produknya terbuat dari manisnya buah-buahan.
"Jadi brand kita lebih ke frutty atau buah-buahan, masih bisa untuk healthy lifestyle," ungkapnya.
Meski begitu, jika pesanan untuk anak-anak umumnya mereka memesan dengan kadar gula normal atau sesuai standar yang ada. Ini karena banyak dari anak-anak yang aktif bergerak berlarian ke sana kemari, sehingga membutuhkan asupan gula yang cukup.
Namun khusus anak-anak, mereka juga butuh konsumsi camilan bergizi seperti yang mengandung susu asli. Apalagi menurut Head of Corporate and Marketing Communication OT Group, Harianus Zebua, biskuit bisa bantu anak cegah stunting karena mengandung susu yang mengandung protein.
"Kita juga kalau nyumbang kekurangan gizi, pakai yang wafer vanila biasanya, karena susu, untuk stunting makanan tambahannya, wafer itu bagus-bagus," papar Harianus.
Sedangkan tren makanan rendah gula ini sudah ditangkap Orangtua Grup, karena beberapa makanan yang diproduksi dan dibuat sudah berfokus pada makanan dan minuman rendah gula. Tren ini juga dinilai akan semakin meningkat setiap tahunnya, seiring pengetahuan dan literasi masyarakat tentang makanan manis semakin membaik.
"Kalau secara grup kita OT udah ke arah sana, misalnya kita ada teh, yang nol kalori ada, manis tapi nggak ada gula. Kita baru keluarin yogurt yang nol kalori, ada peluang ke sana untuk kategori produk lain. Kalau wafer sendiri belum ada yang spesifik, tapi nanti ke sana," timpal Harianus.