Suara.com - Kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang ibu muda berusia 25 tahun di Rawasari, Kota Jambi, menjadi sorotan publik sepekan belakangan. Bukan hanya karena total korban yang mencapai 17 orang, tapi mereka juga masih di usia anak.
Semua bermula saat pelaku membuka usaha rental PlayStation di rumahnya. Rental PS yang berada di rumahnya memang kerap didatangi oleh anak-anak usia belasan tahun. Kondisi itu ternyata disalahgunakan oleh pelaku untuk melakukan pelecehan seksual ke 17 korbannya, yang terdiri dari anak perempuan dan laki-laki.
Para korban kerap dimanipulasi dan diming-imingi bermain PlayStation secara gratis jika menuruti permintaan pelaku untuk melakukan pelecehan seksual.
NY memaksa sejumlah korbannya untuk menonton film dewasa. Bahkan, NY menyekap beberapa korban anak laki-laki di dalam kamarnya dan di sana pelecehan seksual terjadi. Bukan hanya itu, beberapa anak perempuan yang juga menjadi korban, bahkan juga dikondisikan untuk melihat NY dan suami saat berhubungan seksual. Kejadian itu dilakukan tanpa sepengetahuan suami.
Baca Juga: Terkuak, Ini 4 Tabiat Buruk Ibu Muda Pelaku Pencabulan Bocah di Jambi
Dari olah TKP dan keterangan korban, diketahui bahwa lokasi pelecehan masih dalam satu rumah, namun di beberapa tempat. Seperti kamar pribadi, ruang belakang, kamar mandi hingga ruang tamu.
Trauma Mendalam Korban
Pelecehan seksual yang terjadi pada 17 anak ini kemungkinan besar mengalami trauma mendalam. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) melalui Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Provinsi Jambi juga telah lakukan pemeriksaan kondisi terhadap korban.
Deputi Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA Nahar mengatakan bahwa bila korban anak itu terindikasi traumatis, maka akan butuh layanan psikologis lebih lanjut. UPTD PPA Provinsi Jambi kembali melakukan assessment kepada anak-anak korban dengan mendatangkan Pekerja Sosial (Peksos) dan Psikolog pada hari ini, Senin (6/2).
“UPTD PPA Provinsi Jambi telah bergerak cepat dan mendampingi korban serta orang tua korban untuk melaporkan tindakan kekerasan seksual yang dilakukan oleh terduga pelaku ke Polda Jambi. Didapati beberapa korban yang terlihat mengalami trauma dan membutuhkan layanan psikologis dari pertemuan awal tersebut,” ungkap Nahar.” jelas Nahar.
Baca Juga: Kelakuan Janggal Ibu Muda Cabul di Jambi, Kini Dijodohkan Dengan Ferry Irawan
Psikolog Klinis & Co-Founder Ohana Space, Veronica Adesla, M.Psi., menjelaskan, kejadian itu bisa saja mengubah pandangan anak dalam berbagai hal.
Veronica menuturkan, tindakan yang dilakukan pelaku dapat membuat anak-anak memiliki pandangan, perspektif, serta sikap yang salah terkait hal-hal seksual saat mereka dewasa.
“Dampaknya bisa berpengaruh terhadap perspektif, pandangan, sikap dan perilaku terhadap hal-hal terkait dorongan, hasrat, ketertarikan, minat maupun perilaku seksual yang terbawa hingga dewasa,” jelas Veronica saat dihubungi Suara.com, Senin (6/2/2023).
Tidak hanya itu, trauma yang dialami anak-anak itu juga bisa memengaruhi hubungannya saat dewasa. Anak-anak berpotensi alami masalah kepercayaan terhadap hubungan yang dijalaninya. Mereka bisa memiliki ketakutan akan dimanfaatkan oleh pasangannya.
“Selain itu juga dapat berpengaruh terhadap area interpersonal relationship atau relasi hubungan dengan orang lain, dimana isu rasa percaya, keyakinan akan adanya hubungan yang aman dan nyaman tanpa dimanfaatkan dapat menjadi tantangan tersendiri,” jelas Veronica.
Selain pada hubungannya di masa depan, perilaku pelecehan yang dilakukan NY bisa memengaruhi harga diri anak-anak tersebut. Mereka bisa berpikir hal-hal buruk mengenai dirinya sendiri.
Berbagai kondisi ini bisa mendorong perasaan negatif, mulai dari malu, marah, jijik, terhadap diri sendiri.
“Tidak hanya itu, konsep diri yang terbentuk akibat kejadian ini juga dapat berpotensi negatif, seperti mencakup rasa percaya diri, keberhargaan diri, rentan merasa buruk tentang diri sendiri, serta juga tantangan untuk menghadapi emosi-emosi negatif tidak sehat, sebagai dampak yang dapat dimunculkan dari kejadian tersebut, seperti malu, marah, jijik, sedih dsb-nya yang dapat dirasakan oleh anak-anak tersebut,” pungkas Veronica.
Tidak hanya itu, Veronica bahkan mengatakan dampak trauma itu juga bisa terjadi pada anggota keluarga. Rasa berasalah bisa saja muncul pada anggota keluarga karena tidak mampu menjaga anak-anak mereka.
Pelecehan seksual yang dilakukan itu juga mendorong berbagai perasaan negatif bagi anggota keluarga. Perasaan ini juga bisa terkait rasa bersalah kepada korban karena tidak bisa menolongnya saat kejadian
“Sebagai anggota keluarga bisa merasakan berbagai perasaan negatif seperti malu, marah, sedih, bersalah, dan sebagainya,” jelas Veronica.
Menjauhkan Anak Dari Pelaku Pelecehan Seksual
Dari pelecehan seksual ini, Veronica menekankan pentingnya melakukan pencegahan agar pelecehan seksual tidak terjadi. Langkah pertama untuk mencegah pelecehan seksual ialah dengan mengajarkan mengajarkan pengetahuan seksual dasar untuk anak-anak. Penting bagi anak untuk mengetahui area tubuh yang privat atau pribadi yang tidak boleh diperlihatkan apalagi disentuh oleh orang lain, dan sebaliknya.
Selain itu, Vernica juga menambahkan agar penting memberitahukan kepada anak untuk jangan takut dan malu untuk melaporkan atau memberitahukan kepada orang tua hal-hal yang dirasa tidak nyaman atau mengganggu untuk mereka.
Kemudian, pantau aktivitas anak, apa aktivitasnya seharian, apa yang dilakukan dan bersama siapa. Jangan lupa untuk memberikan perhatian kepada anak atas kondisi fisik, emosi perasaan, perilaku, dan juga bagaimana ia berpikir tentang berbagai hal-hal. Dengan demikian orang tua akan lebih mudah mendeteksi bila terdapat hal-hal yang dirasa mencurigakan.
Selain beberapa poin di atas, penting bagi orangtua juga dekat secara emosional dengan anak. Buat anak agar bisa merasa aman, nyaman dan percaya untuk menceritakan apa saja kepada orang tuanya. Luangkan waktu untuk mengajak anak ngobrol, beraktivitas, dan bermain bersama.
Reporter: Fajar Ramadhan - Lilis Varwati