Suara.com - Kabar mencengangkan datang dari Kota Jambi. Ramai diberitakan, ada belasan anak di Kota Jambi yang menjadi korban pelecehan seksual oleh ibu muda berinisial YS, diduga pelaku termasuk pedofil dan eksibisionis. Lantas, banyak yang penasaran apa itu eksibisionis?
Kepala UPTD PPA Jambi, Asi Noprini mengatakan bahwa tersangka melakukan aksinya karena mengalami kelainan seksual. Aksi pelecehan yang dilakukan pada anak di bawah umur dan diminta untuk melihat pelaku melakukan hubungan intim termasuk dalam kategori pedofil dan eksibisionis. Untuk lebih tahu seputar apa itu eksibisionis, simak penjelasan berikut.
Apa itu Eksibisionis?
Melansir laman First Light Psych, gangguan eksibisionis lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita, di mana gangguan ini biasanya dimulai di awal masa dewasa.
Baca Juga: Wanita Pelaku Pencabulan Belasan Anak Diduga Idap Eksibisionis dan Pedofilia, Apa Itu?
Ada sekitar 30% laki-laki yang didakwa melakukan kejahatan seksual, menikmati, atau memang seorang eksibisionis, yaitu terangsang secara seksual atau masturbasi saat mengungkapkan alat kelaminnya. Namun nyatanya, ada juga perempuan yang mengalami gangguan eksibisionis sebagaimana yang terjadi di Kota Jambi.
Lantas, apa itu eksibisionis?
Eksibisionisme adalah salah satu jenis penyimpangan seksual yang ditandai dengan fantasi seksual, dorongan, dan perilaku intens untuk memperlihatkan alat kelamin di tempat umum di depan orang yang tidak dikenal atau orang yang tidak menaruh curiga padanya.
Perilaku eksibisionisme dijelaskan pada buku panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition: DSM-5 (DSM-5) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association, di mana di dalam buku tersebut, ciri-ciri eksibisionis termasuk:
- Memiliki fantasi dan dorongan secara seksual yang intens untuk memperlihatkan alat kelamin pada orang asing yang tidak menaruh curiga.
- Fantasi dan perilaku itu sudah berlangsung setidaknya selama 6 bulan.
- Kesenangan secara seksual itu ditunjukkan pada orang yang tidak menyetujuinya.
- Fantasi seksual itu menyebabkan pelaku memiliki tekanan dan kesulitan dalam situasi sosial atau kehidupan interpersonal.
Seorang eksibisionis biasanya tidak menyadari gejala-gejala yang dialaminya karena mereka merasa senang dan nyaman dengan aktivitas seksual seperti itu. Seorang yang mengalami gangguan eksibisionis biasanya tidak menyadari dirinya memiliki kecenderungan eksibisionisme.
Baca Juga: Viral Ibu Muda di Jambi Lecehkan Anak di Bawah Umur, Tanda Alami Kelainan Seksual?
Jadi, jarang ada pelaku yang memeriksakan diri ke dokter atau psikolog kecuali setelah mereka dilaporkan atau ditangkap oleh petugas sosial.
Seperti banyak kasus penyimpangan seksual lainnya, gangguan eksibisionis ini mungkin sulit dicegah. Walaupun demikian, Anda bisa melakukan kontrol pada diri sendiri, jika Anda memiliki gejala eksibisionis, mohon segera memeriksakan diri atau berkonsultasi ke ahli baik itu psikolog ataupun seksolog.
Bagaimanapun, perilaku eksibisionis ini bisa merugikan orang lain juga. Selain itu, jika Anda melihat orang lain melakukan motif eksibisionisme, jangan ragu untuk segera laporkan orang tersebut pada dinas sosial atau lembaga yang melayani aduan tentang kejahatan seksual.
Kontributor : Rishna Maulina Pratama