“Penting sebelum anak melakukan sesuatu, diberi pengetahuan dan pendapat mereka atas aktifitas yang akan dilakukan. Membangun kapasitas mereka, kemudian diberi kesempatan presentasi atau mengekspresikan karyanya, kemudian di beri feedback para guru. Alangkah baiknya minat dan hobby anak yang disalurkan dan difasilitasi sekolah,” jelas Jasra.
Terkait jika hobi guru tersebut bernyanyi atau membuat konten pada dasarnya tidak masalah. Namun, menurut Jasra, akan lebih baik jika fokus pada pembentukan nilai dan karakter anak di sekolah.
Apalagi, saat ini di media sosial banyak konten-konten yang memang menarik perhatian. Namun, guru juga harus bisa apakah konten tersebut layak secara moral maupun etika yang baik untuk anak muridnya di kemudian hari.
“Namun penting melakukan itu dengan memperhatikan etika, moral, kepantasan dan memiliki makna yang baik untuk bekal anak ke depan. Karena bagaimanapun guru guru mereka adalah figur untuk murid muridnya di sekolah” jelasnya.
Jasra berharap, konten guru tersebut harus bisa mendapat pengawasan bersama pihak sekolah. Selain itu, guru dan sekolah juga harus bisa lebih fokus pada keberhasilan pembelajaran murid.
“Kita berharap pelibatan anak dalam video guru tersebut dapat diawasi bersama di sekolah. Ada yang lebih penting dalam keberhasilan pembelajaran. Yaitu komunikasi yang intens antara guru dan orang tua dalam keberhasilan pendidikan anak,” pungkasnya.