Suara.com - Aktivis waria Indonesia Shinta Ratri dikabarkan meninggal dunia hari ini, Rabu (1/2/2023) dalam usia 61 tahun. Kabar tersebut dibagikan oleh rekan sesama aktivis Amar Alfikar lewat akun Twitter pribadinya.
"Shinta Ratri, aktivis HAM, perintis waria Muslim di Indonesia, dan kepala sekolah waria di Yogyakarta, meninggal dunia hari ini," tulis Amar, dikutip suara.com pada Rabu (1/2/2023).
Namun, ia tidak menyebut penyebab meninggalnya pendiri Pondok Pesantren Waria Al-Fatah di Yogyakarta tersebut. Amar berdoa agar kematian Shinta diberkati Tuhan.
![Ketua Ponpes Al-Fatah, Shinta Ratri [suara.com/Wita Ayodhyaputri]](https://media.suara.com/pictures/original/2015/04/22/o_19jg3qgb789n14ggsjgelt2lia.jpg)
"Semoga jiwanya diberkati, dan perjuangannya dilanjutkan oleh orang lain," pungkasnya.
Sosok Shinta Ratri dikenal sebagai sosok transpuan yang sering menyuarakan hak orang-orang yang mengalami perubahan gender seperti dirinya.
Membangun Ponpes Al-Fatih di Yogyakarta jadi salah satu bukti perjuangannya kepada kaum waria agar tetap bisa beribadah dan menimba ilmu agama. Berikut sejumlah fakta tentang Shinta Ratri juga Ponpes Waria Al-Fatih yang didirikannya.
1. Ada Puluhan Santri Waria
Ponpes yang dibangun pada 2014 itu telah memiliki lebih dari 40 santri yang kebanyakan waria. Mereka secara intensif berusaha untuk bisa berbaur dengan masyarakat termasuk mengisi ilmu agama juga pengetahuan.
Kegiatan agama biasanya dilakukan pada hari Minggu dan Senin. Hari Minggu untuk pembelajaran Al-Quran, sementara Senin untuk waria yang masih dalam tahap pembacaan iqro'. Namun, kegiatan tersebut sempat terhambat saat awal pandemi Covid-19 lalu.
Baca Juga: Pemerhati Anjing Laporkan Aktivis Lainnya Karena Unggahan di Facebook
"Tak dipungkiri memang kami masih banyak belajar. Aktivitas sebelum ada wabah, tiap Minggu dan Senin tempat ini selalu ramai dengan pembelajaran agama. Sekarang aktivitasnya dilakukan secara daring," kata Shinta saat ditemui Juni 2020 lalu.