Suara.com - Konten TikTok guru laki-laki jadi perbincangan di dunia maya lantaran ia melibatkan beberapa siswa perempuan pada videonya. Konten pada akun AA den itu menjadi kontroversi lantaran pria itu membuat video dengan menggandeng tangan muridnya serta latar lagu romantis.
"Ini pihak sekolahnya apa ga ngasih terguran ya, konten dia banyakan ngajak muridnya begini, mana lagunya ga banget. Udah ga bener ini, perlu di kasih teguran. Geli banget liatnya," tulis akun Twitter @zeaseina yang juga mengunggah layar tangkap dari potongan video konten TikTok AA den.
Cuitan itu langsung ramai di Twitter dan telah lebih dari 500 kali tayang serta di-retweet 393 kali.
Menanggapi hal tersebut, pemerhati anak Retno Listyarti mengatakan kalau TikTok memang tengah jadi salah satu media sosial yang juga banyak digunakan para tenaga pendidik, terutama guru muda.
Melihat video yang viral dari TikTok AA den, menurut Retno, konten tersebut dibuat seperti tanpa beban.
"Teman-teman pendidik ini kelihatannya memang igin menunjukkan keakraban, kedekatan dengan para siswa. Dan kelihatan banget di dalam situ kaya nggak ada beban dan mengangkat itu biasa karena ini di TikTok, dilakukannya bersama-sama," tutur Retno kepada suara.com, Selasa (31/1/2023).
Ia juga mengakui kalau era saat ini memang telah berbeda dengan angkatannya dulu saat jadi guru. Namun, menurut Retno, konten yang dibuat oleh AA den di TikTok bisa jadi dipandang tidak pantas pada eranya.
Di sisi lain, Retno enggan berpendapat apakah isi konten AA den masih bisa dikatakan ramah anak atau tidak. Menurutnya, hal itu juga perlu pandangan dari orang tua si anak.
"Mungkin karena eranya beda, kalau dulu saya jadi guru itu seperti sesuatu yang mungkin gak patut. Tetapi kalau sekarang jadi berbeda, terlihat banget banyak perubahan," ujarnya.
Baca Juga: Tetangga Rese! Kotoran Ayam Menumpuk di Teras Rumah Gegara Pelihara Ayam di Atas Rumah
Namun, sebagai tenaga pendidik pun, Retno mengatakan kalau dirinya akan lebih memilih konten yang berkaitan dengan proses pembelajaran bersama siswa.
"Jadi kalaupun harus nari-nari, itu ada kaitannya dengan pembelajaran. Misalnya materi saya mengajar PKN, saya akan mengaitkan dengan cinta tanah air atau misalnya Bhineka Tunggal Ika. Jadi lebih ke proses pembelajaran, bukan sekadar mengisi waktu supaya dilihat banyak orang atau biar viral, karena itu kan sangat instan," tuturnya.
Apalagi konten tersebut terlihat seperti masih di lingkungan sekolah. Serta beberapa siswa yang ikut juga masih mengenakan seragam SD merah putih dan pramuka.
Retno menyarankan, selama siswa maupun guru masih memakai atribut sekolah sebaiknya cukup membuat konten yang berkaitan dengan pembelajaran.
"Tapi kalau di luar, dia kan guru manusia juga punya hak di luar itu bukan sebagai seorang guru, tapi memang melekat diri gurunya, tapi setidaknya ketika di luar nggak apa-apa. Tapi ketika berada bersama murid apalagi di lingkungan sekolah memang sebaiknya tidak melakukan," pesannya.
Sekalipun tidak ada aturan undang-undang terkait pendidikan yang dilanggar guru tersebut, Retno berpesan agar tenaga pendidik juga perlu tetap mengedepankan etika dan moral saat membuat konten di media sosial.