Suara.com - Pakar Marketing Yuswohady blak-blakan mengatakan jika tas mewah Louis Vuitton dijual dengan harga murah tidak akan laku terjual. Ini tidak lepas dari fenomena FOMO yang dialami para pembeli tas mewah tersebut.
FOMO atau fear of missing out didefinisikan oleh Yuswohady saat otak manusia ngehang akibat tidak mampu lagi memproses informasi yang terlalu banyak. Hasilnya orang tersebut mengambil keputusan yang salah atau kognitif bias.
Ini juga yang terjadi dan dilakukan para marketing tas mewah kelas dunia seperti Louis Vuitton (LV), Coach, Hermes atau Gucci. Para pembelinya mengalami FOMO, yaitu kondisi saat seseorang tidak berpikir panjang, mempertimbangkan kondisi ekonomi atau apakah ia butuh pada barang tersebut saat membelinya.
Umumnya FOMO terjadi saat supermarket atau penjual memberikan diskon besar dalam jangka waktu tertentu, seperti Harbolnas. Saat itu banyak orang merasa harus membeli barang tersebut dalam satu hari yang ditentukan, jika tidak akan mendapat potongan harga yang menggiurkan.
Baca Juga: Ashanty Kemalingan Belasan Tas Mewah, Sepatu, Hingga Kamera, Publik Curiga Pelaku Orang Dalam
"Coba kalau diskon Harbolnas terjadi sepanjang tahun, itu nggak akan ngaruh atau efeknya biasanya aja untuk penjualan," jelas Yuswohady saat acara bedah buku FOMO Marketing di Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta Pusat, Rabu (25/1/2023).
Lelaki yang sudah menulis lebih dari 50 judul buku ini menambahkan, kondisi FOMO ini tidak jauh berbeda digunakan dalam pemasaran tas mewah seperti LV, Coach, Hermes atau brand rancangan desainer ternama dunia lainnya.
Apalagi umumnya tas mewah ini ditawarkan dengan stok terbatas alias limited edition dengan harga fantastis, sehingga banyak dari penggemarnya yang khawatir tidak dapat kesempatan membelinya, atau harga yang ditawarkan di atas rata-rata sehingga bisa memberikan rasa kepuasan tersendiri.
"Kognitif bias yang nyambung dengan FOMO. Barang kalau dibikin langka pasti nilainya akan naik, baik itu barangnya atau waktunya yang terbatas, ada juga customernya dibatasi, semakin produk diproduksi banyak maka akan rendah harganya. Jadi kalau LV (Louis Vuitton), dimurahin langsung nggak laku," ungkapnya.
Lebih jauh Yuswohady menambahkan, kondisi ini normal karena tidak selamanya manusia selalu berfikir rasional atau realistis. Ada kalanya manusia berpikir irasional dan mengambil keputusan keliru karena kondisi otak ngehang.
Baca Juga: Diisukan Sering Potong Gaji Karyawan, Jhon LBF Malah Kepergok Pakai Tas Fendi Belasan Juta
"Kognitif bias, blunder otak manusia, ngambil keputusan secara keliru, terjadi karena otak tidak kuat menahan informasi yang sudah begitu banyak. Kognitif bias mempengaruhi orang pinter dan orang bodoh, semuanya kena FOMO, karena orang itu bisa irasional," tutup Yuswohady.