Suara.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan bahwa tidak terjadi resesi seks di Indonesia. Sebab angka kelahiran total di Indonesia masih sebesar 2,1 dan yang hamil juga mencapai angka 4,8 juta orang. Menurut Jokowi, itu menandakan tidak ada resesi seks di Indonesia.
"Saya senang angka yang disebut dari (Kepala BKKBN) Hasto Wardoyo pertumbuhan kita di 2,1 dan yang menikah 2 juta, yang hamil 4,8 juta artinya di Indonesia nggak ada resesi seks. Masih tumbuh 2,1 ini masih bagus," kata Jokowi saat membuka Rakernas Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Rabu (25/1/2023).
Resesi seks diartikan sebagai merosotnya gairah pasangan untuk melakukan hubungan seksual, menikah, hingga memiliki anak.
Isu tentang resesi seks telah jadi pembahasan sejak beberapa tahun lalu, terutama di negara maju seperti Korea Selatan, Jepang, hingga Amerika Serikat.
Baca Juga: Ini Tips Cara Atasi Ejakulasi Dini Saat Hubungan Badan dari Pakar Zoya Amirin
Penelitian Jean Twenge, seorang psikolog di San Diego State University, telah menunjukkan bahwa rata -rata orang dewasa di Amerika melaporkan berhubungan seks sembilan kali lebih sedikit per tahun sejak akhir 1990-an, dari sekitar 61 kali per tahun hingga 52 kali per tahun pada awal 2010 -an.
Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Indiana juga menemukan bahwa hampir setengah dari orang dewasa Amerika telah mengalami penurunan perilaku seksual. Temuan serupa telah muncul dari para peneliti di Australia dan Turki.
Korea Selatan juga mengalami resesi seks cukup serius, yang ditandai dengan proporsi rumah tangga dengan satu orang telah melampaui 40 persen. Pada 2021 bahkan jumlah pernikahan mencapai titik terendah sepanjang masa, jumlahnya hanya 193 ribu.
Dikatakan oleh Guardian bahwa separuh populasi di Korea Selatan ternyata percaya kalau pernikahan bukanlah suatu keharusan. Terutama perempuan yang memprioritaskan kebebasan pribadi dan sengaja mengesampingkan pernikahan sama sekali.
Sejumlah ahli berpendapat bahwa penurunan seks sebenarnya bisa dipandang bukan sebagai masalah, tetapi tanda kemajuan.
Baca Juga: Presiden Jokowi: Tidak Ada Resesi Seks di Indonesia
Sejarawan pernikahan Stephanie Coontz berpendapat kalau resesi seks juga lebih mirip dengan "diet seks" yang kemungkinan muncul dari gerakan pemberdayaan perempuan untuk berani menolak hubungan seks bila sedang tidak ingin.
Tetapi, ilmuwan lainnya juga berpendapat kalau resesi seks terjadi akibat semakin banyaknya telefon pintar dan kecanduan media sosial. Yang lain menyalahkan rasa takut dan ketidakpastian dunia akibat dampak pamdemi Covid-19.