
Sehingga, apa yang terjadi pada tokoh fiksi juga bisa menimbulkan empati dan simpati dari penonton. Pengalaman tersebut mempengaruhi bagaimana psikologis penonton merespons karakter fiksi.
Mengutip artikel ilmiah Stanford Encyclopedia, empati memungkinkan seseorang untuk mengalami perasaan orang lain atau setidaknya membayangkan perasaan apa yang orang lain sedang alami.
Sudut pandang dalam membangun setiap karakter dalam cerita fiksi memungkinkan psikologis penonton membayangkan rasa sakit dari tokoh. Penonton bisa merasakan rasa sakit tersebut dari kejauhan.
“Selama ada sudut pandang emosional, maka kemampuan psikologis kita dalam merasakan karakter fiksi akan melampaui semua detail dalam cerita,” ujar Sklar, dikutip dari Hello Sehat.
Perasaan empati pada karakter cerita fiksi disebut narrative transportation. Yakni keadaan di mana penonton merasa masuk dan terlibat dalam alur cerita sehingga dapat mempengaruhi sikap mereka dalam kehidupan nyata, bahkan setelah mereka selesai membaca atau menonton film tersebut.
Pada fenomena ini, perasaan empati penonton sampai pada tahap seolah-olah ia bisa menempatkan diri sebagai karakter tersebut.