Venna Melinda Sempat Nangis Histeris Hingga Harus Ke Psikolog, Tepat Gak Sih?

Minggu, 22 Januari 2023 | 12:10 WIB
Venna Melinda Sempat Nangis Histeris Hingga Harus Ke Psikolog, Tepat Gak Sih?
Momen Venna Melinda Nangis Kejer di Acara TV (YouTube TRANS TV Official)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sosok Venna Melinda belum lama ini sempat dicibir warganet karena penampilannya di stasiun televisi usai mengalami KDRT dari sang suami, Ferry Irawan.

Warganet mencibir karena dalam acara televisi tersebut, Venna Melinda justru terlihat menangis histeris. Hal tersebut membuat warganet mencibir agar ibunda Verrel Bramasta dan Athalla Naufal itu bisa fokus pada trauma yang dialaminya terlebih dahulu.

Menjawab cibiran warganet tersebut, baru-baru ini Venna Melinda mengunggah video singkat di akun Instagram pribadinya. Dalam caption unggahannya, Venna Melinda mengaku tengah menjalani pengobatan dengan psikolog pasca KDRT.

Momen Venna Melinda Nangis Kejer di Acara TV (YouTube TRANS TV Official)
Momen Venna Melinda Nangis Kejer di Acara TV (YouTube TRANS TV Official)

“Alhamdulilah,, Treatment pertama lancar,, Matur suwun nggih @docdicky @chitra.mulia @roro.fitria1989 ,,, Bismillahirahmanirohim,” tulis Venna Melinda dalam caption unggahannya,  Jumat (20/1/2023).

Baca Juga: Ferry Irawan Tuntut Keadilan, Tegas Sebut Tidak Ada Penganiayaan pada Venna Melinda

Dalam unggahan tersebut, beberapa warganet tampak senang jika Venna Melinda fokus untuk kesehatan mentalnya dengan melakukan pengobatan dibandingkan tampil di televisi. Pasalnya, melakukan pengobatan dapat berdampak baik pada dirinya di kemudian hari.

Namun, sebenarnya bagaimana sih cara yang tepat untuk menangani trauma akibat KDRT?

Psikolog dari Ohana Space, Annisa Mega Radyani., M. Psi., menjelaskan, pada dasarnya dalam mengatasi trauma tidak bisa sembarangan. Pasalnya, ini bergantung dengan penyebab dan gejala yang dialami individu itu sendiri.

“Cara mengatasinya sangat bergantung dengan setiap orang. Bergantung juga pada penyebab atau gejala yang sekarang dialami. Pastinya sangat kompleks,” ucap Annisa saat dihubungi Suara.com, Minggu (22/1/2023).

Sementara itu, gejala yang dialami orang tersebut juga tidak boleh sembarangan mendiagnosa. Oleh sebab itu, sangat dianjurkan pergi ke profesional. Hal ini karena profesional akan mengetahui kondisi serta penanganan yang tepat.

Baca Juga: Ferry Irawan Joget dekat Ivan Fadilla, Publik: Venna Melinda Buang Mercy Dapat Bajaj

“Kalau sudah sampai trauma, dan ada gejala,  kita enggak bisa sembarangan mendiagnosa. Sangat dianjurkan pergi ke profesional baik psikolog, psikiater gitu ya. Karena kejadiannya sangat lama terjadinya lama sehingga pemulihannya sangat lama,” jelas Annisa

“Hal ini karena sulit sakit yang dialami cukup lama bisa sembuh dengan pengobatan satu kali, Sehingga pemulihannya sangat butuh proses yang lengkap atau mumpuni juga oleh profesional.” sambungnya.

Selain membutuhkan bantuan profesional, mendapatkan dukungan sosial juga menjadi cara yang tepat untuk menghadapi trauma. Pasalnya, trauma dapat memberikan gejala kecemasan berlebihan, hingga sulit tidur. Namun, jika ada sosok orang terdekat yang menemani, itu akan membantunya mengatasi gejala tersebut.

“Beberapa hal yang dilakukan selain ke profesional adalah menumbuhkan atau memiliki dukungan sosial yang kuat gitu. karena ketika kita mau mengatasi traumanya, kita butuh seseorang yang mau menemani kita. Karena biasanya orang-orang yang mengalami trauma itu susah tidur, bisa jadi teringat terus, bisa jadi cemas terus, sehingga butuh didampingi orang-orang terdekat,” ujar Annisa.

Tidak hanya menjalani pengobatan oleh profesional, serta teman terdekat, memiliki kesiapan dalam diri sendiri juga penting. Menurut Annisa, sangat perlu kesabaran dan kesiapan diri sendiri untuk bisa menghadapi trauma yang dialaminya.

“Ketiga, perlu bersabar dan butuh waktu karena tidak mudah untuk mengatasi masalah ini. dari diri sendiri juga ada kesiapan untuk menghadapi trauma itu, karena dari diri sendiri juga harus siap menghadapi trauma yang menyakitkan di diri kita,” ucap Annisa.

Annisa juga menegaskan, pada dasarnya pada hal atau peristiwa buruk yang dialami korban juga tidak bisa selalu disebut trauma. Hal ini tidak bisa didiagnosis diri sendiri kecuali profesional.

“Kita enggak bisa menilai beliau ini trauma atau enggak karena memang membicarakan psikologis dengan kondisi traumatis ini harus melakukan pemeriksaan secara menyeluruh terlebih dahulu,” pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI