Suara.com - Sosok Firaun tengah menjadi bahan perbincangan warganet setelah budayawan Emha Ainun Najib alias Cak Nun menyebut Jokowi sebagai Firaun dalam ceramahnya.
Dalam video ceramah yang tersebar di media sosial, Cak Nun juga menyebut Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan sebagai Haman.
"Karena Indonesia dikuasai oleh Firaun yang namanya Jokowi. Karun yang namanya Antoni Salim dan 10 naga, nggak sembilan, 10 saya kira ya, dan haman yang namanya Luhut," ujar Cak Nun dalam potongan video yang beredar.
Perkataan tersebut bahkan sampai ke telinga putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka. Wali Kota Solo itu rupanya menanggapi ucapan Cak Nun dengan santai.
Baca Juga: Giliran Guntur Romli Disikat, Benarkah Pernah Sebut Anies Firaun? Begini Faktanya
Meski begitu, Gibran mengaku dirinya dan keluarga tidak tersinggung dengan ucapan tersebut.
"Aku santai, nggak tersinggung, keluarga juga nggak tersinggung. Santai wae," terang Gibran saat ditemui, Rabu (18/1/2023).
Namun tetap saja, polemik Cak Nun menyebut Jokowi sebagai Firaun membuat bahasan menjadi melebar. Mereka memperdebatkan siapa sosok Firaun sebenarnya, yang dikenal sebagai raja yang zalim sejak ribuan tahun lalu. Untuk mengetahuinya, berikut fakta mengenai Firaun menurut Islam.
1. Namanya Diabadikan Dalam Al Quran
Firaun sendiri sesungguhnya merupakan gelar untuk para raja di Mesir Kuno. Namun, Firaun yang diabadikan oleh Al Quran sebab kekufuran dan kezalimannya adalah Firaun Ramses II (1304-1237 SM), raja pada zaman Nabi Musa AS yang sangat menentang kebenaran yang dibawa olehnya. Nama Firaun sendiri muncul di Alquran sebanyak 74 kali di 27 surat yang berbeda.
Baca Juga: Jokowi Resmikan Bendungan Kuwil Kawangkoan, Diharapkan Cegah Banjir di Sulawesi Utara
Namun perlu diketahui suatu fakta bahwasanya Firaun percaya bahwa Nabi Musa AS adalah Rasul Allah, dan dia juga percaya bahwa Allah sebagai pencipta alam semesta. Akan tetapi karena hawa nafsunya dan merasa tersohor (dengan jabatannya sebagai raja), maka dia menolak kebenaran dan mendustakan dirinya sendiri.
2. Dalam Al Quran Firaun Memiliki Karakter Thaga
Diantara kisah yang diceritakan dan diabadikan mengenai Firaun di Al Quran, umat Muslim bisa mengetahui bahwa Firaun adalah simbol kekufuran dan kediktatoran.
Dilansir Alif, Al-Qur’an mendeskripsikan Raja Fir’aun sebagai orang yang Thagha misalnya tertera dalam surah Thah ayat 24 dan 43 sebagai berikut.
{ (24)} [: 24]
“Pergilah (Musa) ke Fir’aun, dia sungguh telah Thagha (bersikap tirani)” (QS. Thaha: 24)
{ (43} [: 43]
“pergilah kalian berdua (Musa dan Harun) menemui Fir’aun. Dia sungguh telah Thagha (bersikap tirani)” (QS. Thaha: 43)
Seorang cendikiawan muslim Indonesia, Nurcholis Majid, menerjemahkan kata “Thagha” sebagai sikap yang tiranik. Dalam artikelnya yang berjudul Sikap Tiranik, ia mengatakan, “sikap tiranik (dalam istilah al-Qur’an disebut Tuhgyan, yang dari kata-kata itu terambil istilah Thaghut, “si tiran”) adalah sikap yang selalu ingin memaksakan kehendak kepada orang lain tanpa memberi peluang kepada orang itu untuk melakukan pertimbangan bebas”.
3. Mengaku Sebagai Tuhan
Al Quran, dalam Nurcholis Majid, Musa Lawan Fir’aun: Tawhid Lawan Syirik) juga menyebut Firaun sebagai orang yang mengaku sebagai Tuhan dan menindas rakyat”.
Syeh Nawawi al-Bantani dalam kitab tafsirnya Marahul Labiid [600/2], menafsirkan kata “Thagha” sebagai sikap yang amat teramat sombong hingga dengan berani tanpa rasa takut mengaku Tuhan.
Sikap yang melampaui batas terhadap sang pencipta terutama kepada makhluk. Dengan begitu, ia ingkar kepada Allah dan menyombongkan diri serta memaksa-maksa makhluk.
Dalam ayat 4 surat Al Qashas menjelaskan tentang karakteristik perbuatan Firaun. Bahwa Firaun itu melakukan sesuatu perbuatan yang buruk. Yaitu merasa dirinya menjadi penguasa mutlak. Dalam surat An naziat ayat 24:
(Seraya) berkata: "Akulah tuhanmu yang paling tinggi
4. Tenggelam di Laut Merah
Ini adalah kisah paling terkenal dari Firaun di mana Nabi Musa membelah Laut Merah dan menenggelamkan Firaun bersama pengikutnya. Hal tersebut diperkirakan terjadi sekitar 3.500 tahun silam.
Dalam Al Quran surat Al-Baqarah ayat 50 disebutkan, "Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan."
Sejarah ini diperkuat dengan ditemukannya bangkai kereta kuda dan tulang-belulang manusia di Laut Merah yang diduga merupakan pasukan dan pengawal Firaun.
5. Al Quran Memberi Isyarat Bahwa Jasadnya Masih Utuh
Al Quran memberi isyarat mengenai jasad Firaun yang utuh dan bakal disaksikan generasi setelahnya.
Jasad Firaun disinggung dalam Alquran Surah Yunus ayat 92, yang artinya: “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan,”.
Utuhnya jasad Firaun sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al Quran itu pun dibuktikan dengan fakta ilmiah. Seorang ilmuwan Barat bernama Maurice Bucaille berhasil menemukan fakta penelitan bahwa terdapat sisa-sisa garam yang masih melekat pada jasad mumi Firaun.
Selain itu, diketahui juga jasad itu dikeluarkan dari laut serta dijadikan mumi dan diawetkan hingga sekarang. Sisa-sisa garam tersebut membuktikan fakta sejarah yang berkaitan bahwa Firaun mati tenggelam di saat membangkang terhadap Allah dan melawan Nabi Musa dengan mengejarnya bersama bala tentara yang ia punya.