Viral Pejalan Kaki Review Jalur Pedestrian dari Kebayoran ke Senayan, Apa Hasilnya?

Sabtu, 14 Januari 2023 | 17:58 WIB
Viral Pejalan Kaki Review Jalur Pedestrian dari Kebayoran ke Senayan, Apa Hasilnya?
Ilustrasi jalan kaki [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Viral di Twitter pejalan kaki yang terbiasa tinggal di Eropa menceritakan pengalaman kurang menyenangkan saat jalan kaki menuju Senayan City dari Stasiun Kebayoran.

Cerita ini berawal dari netizen dengan bernama Rena dengan akun @slytherren membuat sebuah utasan di Twitter mengenai perjalanannya hendak bertemu teman di salah satu mall hits ibukota yakni Senayan City alias Sency pada 10 Januari 2023.

Rena yang terbiasa berjalan kaki saat tinggal di Amsterdam, Belanda menganggap jarak 2 kilometer (berdasarkan Google Maps) dengan berjalan kaki, adalah jarak yang tidak terlalu jauh. Walaupun pertimbangan awal ia sempat ingin menggunakan kereta MRT dan turun di Senayan atau menggunakan ojek online dari Stasiun Kebayoran.

Tapi Rena memilih berjalan kaki, karena menilai cuaca cukup bersahabat, terlebih ia sedang dalam kondisi mood yang bagus.

Baca Juga: Warganet Curhat Beda Jalan Kaki di Jakarta VS Luar Negeri: Keluar KRL Pasti Gak Jelas Jalurnya!

"Kalian tahu jawaban saya, pasti memilih opsi 3 (berjalan 2 kilometer). Dengan pertimbangan gua nggak mau transit Tanah Abang karena udah mulai rush hour karena hari kerja yaitu weekday. Naik Gojek dari Stasiun Kebayoran oke, tapi gue nggak mau pakai helm ntar rambut gue lepek, Jalan 2 kilometer tidak jauh dan cuaca lumayan bagus," ungkap Rena dikutip suara.com, Kamis (12/1/2023).

Tapi sayangnya, saat turun dari Stasiun Kebayoran Baru, ia malah dibuat bingung dengan akses jalan, apalagi ia hanya bisa mengandalkan Google Maps sebagai pemandunya berjalan. Mayoritas yang ia dapati adalah area pasar saat keluar dari pintu Stasiun Kebayoran.

"Bahkan trotoar itu tidak layak dilalui dan saya beri nilai 5/10 (5 dari 10). Satu-satunya trotoar paling baik yang saya temui dalam perjalanan 2 kilometer adalah saat saya berjalan melewati lingkungan apartemen yang mahal," imbuh @slytherren.

Selanjutnya, setelah melewati apartemen Rena dibuat tercengang karena mendapati trotoar untuk pejalan kaki hanya sebesar 3 centimeter, bahkan beberapa tidak layak karena berlubang dan terlihat becek.

"Di titik ini rasanya gue kayak bawa motor jalan lawan arah. Kenapa sih Google Maps membawaku ke jalan seperti jalan yang nggak bisa dilalui?," sambungnya.

Baca Juga: Deretan Fakta Pejalan Kaki Dibakar Hidup-Hidup Orang Tak Dikenal, Meninggal Usai Ceburkan Diri

Bahkan Rena juga mendapati perjalanannya tidak menemukan trotoar untuk ia lalui sebagai pejalan kaki. Tak lama perjalanannya semakin dekat dengan Senayan City, tapi malah membawanya ke dalam gang perumahan.

"Lihat dong, ini gue jalan kabel tiang listriknya pendek banget ada yang gelantungan gitu, dan bisa menyentuh kepala gue," tambah @skytherren.

Dan akhirnya saat Rena tiba di Senayan City (Sency), ia harus menerima kenyataan rambut lepek yang dihindarinya karena enggan naik ojek online, terjadi akibat berjalan kaki sejauh 2 kilometer di ibukota Indonesia.

"Lalu akhirnya gue nyampe Sency, karena selama perjalanan gue banyak (heran) otak gue kayaknya ikutan panas ditambah polusi Jakarta jadinya rambut gue tetap lepek. Mission failed," ungkap Rena.

Dari perjalanan itu, akhirnya ia mendapat kesimpulan bawah perjalanan dari Stasiun Kebayoran ke Senayan City jalur pedestrian tidak ramah pejalan kaki, sehingga nilainya 4 dari 10.

"Jakarta harus menerapkan trotoar ramah pejalan kaki, terutama dalam radius dekat dengan tempat rekreasi umum atau semacamnya (seperti mall),"

"Stasiun Sudirman menuju Grand Indonesia menurut gue lumayan jalur pedestrian ramah pejalan kaki. Akses masuk mall ke GI buat yang jalan kaki dari (kereta) KRL masih ribet menurut gue (karena selalu diarahkan lewat pintu utama), jadi nilainya 6 dari 10 menurutku," tutup Rena.

Cerita yang dibagikan Rena sudah disaksikan lebih dari 490 ribu kali, dan dicuit ulang alias retweet 992 akun, dan disukai 4.760 orang. Bahkan cuitan ini juga memancing perdebatan tentang kebutuhan jalur pedestrian ramah pejalan kaki di Indonesia, apalagi DKI Jakarta sebagai ibukota negara.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI