Suara.com - Ferry Irawan telah resmi menjadi tersangka setelah dilaporkan sang istri, Venna Melinda atas kasus KDRT. Rupanya, selain KDRT yang dilakukan di Kediri, Venna Melinda telah mengalami kekerasan selama 3 bulan terakhir.
Hal ini diungkapkan oleh kuasa hukum Venna Melinda, Hotman Paris. Berdasarkan keterangan, Venna Melinda mengalami KDRT sudah dari 3 bulan lalu. Hanya saja, ibu dari Verrel Bramasta dan Athalla Naufal ini belum buka suara atas kasusnya itu.
"Venna mengatakan apa yang dialaminya ini bukan hanya di Kediri. Ternyata Venna sudah mengalaminya sejak tiga bulan terakhir," ujar Hotman Paris dilansir dari Kompas TV, Kamis (12/1/2023).
Sama halnya dengan Venna Melinda, para korban KDRT maupun kekerasan seksual memang jarang untuk mengungkapkan ha tersebut. Mereka yang menjadi korban kekerasan memilih untuk tutup mulut sehingga tidak ada yang mengetahui.
Baca Juga: KDRT Ferry Irawan ke Venna Melinda Dipicu Seks? Begini Pesan Dokter Boyke untuk Pria Jantan
Namun, sebenarnya apa sih yang membuat para korban kekerasan memilih diam dan enggan untuk mengungkapkan hal buruk yang diterimanya itu? Melansir PsychCentra, berikut terdapat alasan mengapa korban memilih diam dan tidak melaporkan kasusnya kepada orang lain.
1. Takut dipandang buruk
Mereka yang menjadi korban kekerasan biasanya takut akan pandangan orang lain. Sebagai korban, mereka memilih diam karena orang lain akan melihatnya secara negatif.
2. Takut tidak dipercaya
Alasan lain korban tidak mau membuka suara untuk kasusnya itu karena takut tidak dipercaya. Mereka takut ketika berbicara sebagai korban justru tidak ada orang yang mempercayainya.
Baca Juga: Sempat Jadi Sorotan, Terungkap Alasan Ferry Irawan Bajunya Nggak Ganti-ganti
3. Merasa tidak aman
Para korban biasanya takut akan ancaman pelaku. Ketika mereka berbicara mengenai kasus tersebut, mereka takut pelaku akan mengancam keselamatannya. Oleh sebab itu, mereka memilih diam.
4. Takut akan hukuman
Mereka yang menjadi korban juga tidak mau berbicara karena takut akan hukuman. Dalam persidangan, apapun bisa terjadi bahkan merugikan mereka yang menjadi korban. Oleh karena itu, para korban memilih untuk diam.
5. Malu
Alasan para korban memilih untuk dia adalah karena mereka malu atas apa yang terjadi kepadanya. Mereka takut di pandangan kekerasan atau pelecehan terjadi karena dirinya sendiri.
6. Merasa bertanggung jawab
Para korban memilih untuk tidak membuka suara atas pengalamannya karena mereka merasa bertanggung jawab akan hal itu. Korban merasa mereka bertanggung jawab atas hal tersebut.
7. Meremehkan
Korban bisa saja meremehkan kekerasan atau pelecehan yang dialaminya. Baginya hal tersebut adalah biasa sehingga ia tidak perlu membuka suara akan hal itu.
8. Kurang dukungan dan masalah keuangan
Kurangnya dukungan, membuat para korban memilih untuk diam atau pengalaman buruknya. Selain itu, keuangan yang bermasalah juga membuatnya sulit untuk membuka suara atas kejadian buruk terhadapnya.
9. Takut anak-anak terlibat
Para korban yang telah memiliki anak, beberapa memilih untuk diam. Pasalnya, mereka tidak mau sang anak terlibat. Hal ini juga bisa membahayakan anak-anaknya.
10. Tidak ada tempat aman
Alasan para korban menutup mulut atas kasus yang dialaminya karena mereka tidak memiliki tempat aman. Mereka takut saat berbicara itu akan membuat keselamatannya terancam.
Terkait kasus KDRT Venna Melinda sendiri Psikolog Klinis & Co-Founder Ohana Space, Veronica Adesla, M.Psi., mengatakan, ketika seseorang mengalami kekerasan, orang tersebut dapat segera menceritakan kejadian pada sosok yang dipercaya. Selain itu, mengunjungi pihak profesional juga membantu untuk jejak record,
Tidak hanya itu, ketika seseorang mengalami KDRT lalu ia bercerita, hal ini akan membantu mengurangi tekanan mental yang dialami. Ini akan membantu membuat mereka terhindar dari masalah kesehatan mental.
“Bercerita mengenai hal ini pada seseorang yang dapat dipercaya dan ke profesional juga dapat membantu untuk jejak record (bila suatu saat dibutuhkan) dan juga untuk menjaga kewarasan atau kesehatan mental,” ungkap Veronica.