Bobby Nasution Tegaskan Medan Anti LGBT, Memangnya Istilah LGBT Asalnya dari Mana Sih?

Selasa, 03 Januari 2023 | 19:21 WIB
Bobby Nasution Tegaskan Medan Anti LGBT, Memangnya Istilah LGBT Asalnya dari Mana Sih?
Ilustrasi Bnedera Pelangi - Arti Bendera Pelangi LGBT (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wali Kota Medan, Bobby Nasution baru-baru ini menjadi perhatian warganet. Hal ini dikarenakan pernyataan yang dibuatnya tentang LGBT di Twitter.

Melalui akun Twitter pribadinya, Bobby Nasution secara tegas mengemukakan kalau Medan menolak LGBT. Hal ini setelah ia melihat pasangan sesama jenis saat malam pergantian tahun 2023 beberapa waktu lalu.

Tidak hanya itu, ia secara terang-terangan juga menegaskan Medan merupakan kota anti LGBT. Hal ini karena menurutnya LGBT bukanlah sebuah budaya dari Indonesia. Ia juga menyebutkan tidak ada etnis yang memperbolehkan LGBT.

“Medan itu multietnis dengan agama yang berbeda, itu juga yang menjadi salah satu faktor gaya bahasa anak medan unik, namun tidak ada satupun etnis dan agama yang memperbolehkan memiliki pasangan sesama jenis. Untuk itu Medan anti LGBT,” cuit Bobby Nasution melalui akun Twitternya, Senin (2/1/2023).

Baca Juga: Bobby Nasution Koar-koar Medan Anti-LGBT: Gak Anti-Nepotisme Juga Pak?

Dari cuitan tersebut justru menuai pro dan kontra warganet. Beberapa justru mempertanyakan suku Bugis yang disebut mengakui 5 gender. Selain itu, ada juga yang setuju dengan pernyataan mantu Presiden Joko Widodo alias Jokowi ini.

Namun, berbicara mengenai LGBT dari mana sih asal muasal kebudayaan atau gerakan satu ini dan sejak kapan mulai ramai digaungkan?

Awal mula istilah LGBT

Melansir laman Medium, Sejarawan dan Penulis, Jeffry L. Lovannone menuliskan, istilah ‘homoseksual’ pertama diciptakan pada 1869 oleh dokter asal Hungaria, Karoly Maria Benkert. Sementara ‘gay’ muncul pada awal abad ke-20, khususnya pada 1960-an.

Ilustrasi LGBT. (Shutterstock)
Ilustrasi LGBT. (Shutterstock)

Istilah gay akhirnya lebih sering digunakan karena dianggap tidak memalukan atau adanya masalah seksual. Sebelum diartikan sebagai pria yang menyukai sesama jenis, istilah gay awalnya diperuntukan pada keseluruhan LGBT.

Baca Juga: Kasihan Anies, Ikut Diseret-seret Usai Bobby Nasution Tegaskan Medan Anti LGBT: Dulu Boleh di CFW!

Oleh karena itu pada 1970-an walaupun mewakili LGBT, Aktivis Sylvia Rivera dan Marsha P. Johnson memakai sebutan “gay right” dan “gay power”.

Sementara untuk kata lesbi sendiri berasa dari Yunani yaitu “lesbos”. Kata tersebut berarti hubungan cinta erotis dan ketertarikan sesama perempuan. Penggunaan lesbian sering dibedakan dari wanita normal yang menggaungkan feminis serta mereka yang memakai istilah gay.

Ilustrasi gender netral, non-biner, lgbt  (Dok. Envato)
Ilustrasi gender netral, non-biner, lgbt (Dok. Envato)

Istilah transgender pertama dipopulerkan oleh aktivis Kate Bornstein, Holly Boswell, Leslie Feinberg, dan Riki Wilchins. Istilah ini dibuat untuk orang-orang yang merasa tidak cocok dengan jenis kelaminnya.

Di samping itu, pada 1990-an, mulailah diinisiasi gerakan LGBT. Gerakan ini menyoroti seksualita orang-orang secara luas, baik mereka lurus (straight), lesbian, gay, biseksual,maupun transgender. Namun, muncul juga istilah queer yang memiliki ketertarikan seksual tidak terbatas gender.

Bahkan, hingga kini istilah seksualitas juga makin meluas seperti panseksual, aseksual, intersex, dan lain sebagainya. Tujuan adanya gerakan LGBT agar mereka yang termasuk komunitas tersebut mendapatkan hak di publik.

Hingga kini ada beberapa negara yang melegalkan LGBT termasuk pernikahan. Namun, ada juga beberapa negara yang menolak LGBT , termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri LGBT dilarang karena bertentangan dengan nilai Pancasila.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI