Suara.com - Mama Amel yang merupakan ibu dari selebgram Laura Anna belakangan mengungkap sikap sang suami, Papa Gabor yang dinilai tidak bertanggung jawab dan melakukan KDRT (kekerasan dalam rumah tangga).
Tak hanya Mama Amel, kakak Laura, Greta Irene juga akhirnya memberi klarifikasi terkait tuduhan warganet yang menelantarkan ayah kandungnya sendiri, yang saat ini tengah sakit.
Menurutnya, sejak dirinya kecil, Irene tak pernah merasakan peran seorang ayah dari Papa Gabor. Bahkan, keluarga kecil mereka menerima kekerasan mental dari ayahnya.
"Papa tuh sampe ngeludahin mama di depan orang-orang itu tuh sampe temen-temen mama juga orang yang datang untuk berdoa diusirin sama papa," ungkap Irene dikutip dari Instagram @insta_julis.
Menurut Irene, penyebab sang ayah berlaku kasar adalah minuman alkohol. Ia juga menceritakan bahwa Papa Gabor menuntut harta gono gini sampai meminta perabotan rumah.
Irene pun bingung, ia tak pernah merasa sang ayah menafkahinya dan ibu, tapi malah menuntut harta gono gini. Sebagai anak pertama yang telah menyaksikan konflik di antara orangtuanya ini, ia tentu berada di pihak ibunya yang sudah berjuang untuk keluarganya.
Menurut Irene, hal inilah yang mungkin membuat mendiang adiknya, Laura selalu memaafkan Gaga Muhammad dan bertahan cukup lama di hubungan toxic meski sudah merugikan dirinya sendiri.
Sang adik, tak memiliki contoh laki-laki baik yang seharusnya didapatkan seorang anak perempuan dari ayahnya sendiri.
"Aku kepikiran soal sikap Laura dulu ke pacarnya itu bisa jadi karena papa enggak ngasih contoh laki-laki baik kayak gimana," kata dia dalam YouTube Nadia Alaydrus.
Baca Juga: Blak-blakan, Greta Irene Bongkar Papa Gabor Sama Sekali Tak Bantu Biaya Pengobatan Laura Anna
"Laki-laki yang bisa jaga kita, ngerawat kita, ngebimbing kita dan kita tuh nggak pernah dapat dari sosok itu," ucap dia.
Irene juga menduga bahwa Laura mungkin adalah korban daddy issues.
"Bisa jadi Laura korban daddy issue makanya tiap disakitin dia enggak apa-apa karena dari kecil kita didikte kalau disakitin tuh nggak apa-apa. Makanya dia dulu betah banget sama mantannya," tambah Irene.
Dilansir Alodokter, daddy issues adalah efek psikologis yang dialami seseorang karena ia memiliki hubungan yang tidak sehat dan kurang harmonis dengan ayahnya, atau bahkan tidak merasakan kehadiran sosok ayah dalam hidupnya. Meski dapat dialami oleh siapa saja, daddy issues lebih sering terjadi pada perempuan.
Berikut beberapa faktor penyebab yang mungkin berperan pada orang yang memiliki daddy issues seperti dikuti Halodoc.
Hubungan tertutup yang tidak sehat
Terkadang anak perempuan akan menyatakan dengan bangga bahwa ia adalah “daddy’s little girl”. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa sang ayah sangat menyayanginya atau merawatnya dengan sangat baik, bahkan mungkin memanjakannya.
Mungkin juga ia dianggap paling mirip dengan ayah dibandingkan dengan saudara kandung lainnya. Atau mungkin mereka yang paling menarik secara fisik, dan ayahnya memperlakukannya lebih seperti teman kencang atau pasangan romantis. Hal ini bisa menyebabkan pelecehan mental, emosional, dan seksual.
Kurangnya kehadiran ayah
Berbeda dengan orang yang ayahnya selalu terlibat dalam pengasuhan, terkadang ada juga yang memiliki daddy issues tumbuh tanpa kehadiran ayah. Mungkin karena ayahnya selalu bekerja, meninggalkan keluarga, atau tidak bisa diandalkan karena masalah narkoba atau kecanduan alkohol.
Ayah yang secara jauh secara fisik, kemungkinan juga jauh secara emosional. Seorang ayah yang tidak hadir secara emosional juga dapat meninggalkan luka besar. Untuk mengisi kekosongan itu, seorang anak mungkin membutuhkan perhatian dan validasi dari pria yang lebih tua untuk mengisi peran ayah itu. Mereka mungkin mencari persetujuan, nasihat, atau teman untuk menebus kurangnya kedekatan fisik dan emosional yang didambakan sebagai seorang anak.
Pelecehan seksual
Anak-anak kecil rentan dan mempercayai orang tua untuk menetapkan batasan yang sesuai. Sayangnya, orang dewasa terkadang melewati garis batasan itu. Seorang orang tua, orang tua tiri, paman, atau figur otoritas lingkungan dapat memanfaatkan anak-anak yang rentan.
Pelecehan seksual terhadap anak di bawah umum menciptakan perasaan rumit pada anak-anak. Mereka ingin mencintai ayahnya atau pamannya karena mereka yang merawatnya, tapi merasa tersakiti akibat pelecehan.
Anak-anak yang dilecehkan sering menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi. Trauma masa kecil, pengabaian, dan pelecehan seksual dapat menyebabkan rasa malu.