Suara.com - Hari Ini tepat 18 tahun bencana Tsunami Aceh yang terjadi pada 25 Desember 2004. Gelombang Tsunami Aceh berkuatan besar datang dari perairan Samudera Hindia dan meluluhlantahkan kota yang dijuluki Serambi Makkah itu beserta pulau-pulau yang mengelilinginya.
Salah satu yang jadi sorotan dari bencana Tsunami Aceh ialah Masjid Raya Baiturrahman yang masih tetap kokoh bertahan seusai gelombang menghantam. Bahkan, Masjid Raya Baiturrahman sempat menjadi tempat untuk para korban mengungsi.
Terlepas dari bencana Tsunami Aceh yang menghantam, Masjid Raya Baiturrahman sendiri merupakan salah satu situs bersejarah di Aceh. Dilansir dari Indonesia Kaya, Masjid Raya Baiturrahman telah melalui berbagai hal, mulai dari tragedi pembakaran oleh kolonial Belanda tahun 1873 hingga hantaman tsunami di akhir 2004.
Berikut ini fakta di balik kokohnya Masjid Raya Baiturrahman Aceh.
Baca Juga: Pengguna BBM Subsidi di Aceh Agar Gunakan QR Code My Pertamina
Sejarah Pendirian
Dari sejumlah sumber konon disebutkan bahwa Masjid Raya Baiturrahman pertama kali dibangun di era Kesultanan Aceh. Salah satu yang menjadi ciri khas dari masjid ini ialah atap limas besusun empat yang tengah banyak digunakan saat itu.
Terdapat dua versi sejarah mengenai riwayat pembangunan masjid ini. Sebagian sumber menyebutkan masjid ini didirikan pada 1292 M oleh Sultan Alauddin Johan Mahmudsyah. Sementara, sumber yang lain menyebutkan masjid ini didirikan oleh Sultan Iskandar Muda pada 1612 M.
Sempat dibakar Belanda
Salah satu tragedi yang sempat terjadi di Masjid Raya Baiturrahman ini ialah serangan Belanda ke Koetaradja (Banda Aceh) pada 10 April 1873. Belanda dikabarkan membakar dan membumihanguskan masjid ini. Runtuhnya bangunan masjid memicu meletusnya perlawanan masyarakat Aceh. Mereka berjuang mempertahankan masjid hingga darah penghabisan. Pada pertempuran tersebut, pihak Belanda kehilangan seorang panglima mereka, Major General Johan Harmen Rudolf Köhler pada 14 April 1873.
Baca Juga: Nasdem Ngotot Bela Anies Baswedan Tak Kampanye di Aceh: Bukan Curi Start tapi Duluan
Sempat Dipugar Beberapa Kali
Masjid Raya Baiturrahma sempat dipugar dalam beberapa kali beberapa di antaranya pada tahun 1935 dan tahun 1957. Salah satu bentuk pemugaran di tahun 1957 ialah dengan penambahan lima kubah sehingga MRB nampak religi, elegan, klasik dan megah. Tahun 1957 hingga 1991 MRB menjadi pusat perhatian dunia atas kedatangan berbagai pimpinan Negara untuk melihat dan melakukan berbagai kerja sama sehingga Aceh makin bertambah baik. Tahun 1991 MRB kembali dipugar menjadi 7 (tujuh) kubah dan 3 (tiga) menara, sehingga MRB menjadi 7 (tujuh) kubah dan 5 (lima) menara.