![Michelle Ziudith dan Lukman Sardi di series Kupu Malam. [WeTV]](https://media.suara.com/pictures/original/2022/12/20/65591-michelle-ziudith-dan-lukman-sardi-di-series-kupu-malam.jpg)
Kenyataannya adalah bahwa hubungan apa pun yang didasarkan pada pertukaran uang atau penyediaan materi untuk hubungan seksual menciptakan ketidakseimbangan yang berbahaya dan ini sama sekali bukan hubungan.
Sugaring, mirip seperti prostitusi, memangsa populasi yang rentan dan secara inheren mengembangkan sistem di mana tubuh dan martabat orang yang rentan dieksploitasi untuk memenuhi permintaan orang kaya dan berkuasa yang tak terpuaskan.
Sugar dating, tidak aman dan ini bukan sistem yang memberdayakan—ini secara inheren bersifat eksploitatif.
Selain itu, dilansir Psychology Today, Jessica Stebbins, terapis perkawinan dan keluarga yang berpengalaman dalam konseling perempuan menyebut dalam blognya bahwa banyak perempuan muda masuk ke dalam hubungan ini karena alasan yang sama dengan pelacur memasuki profesi mereka: uang.
"Dalam kasus ini, risikonya sangat mirip dengan prostitusi dan dapat dikatakan bahwa baik pelacur maupun sugar baby tidak akan keluar dari pengalaman tanpa luka emosional. Gadis-gadis ini mengungkapkan emosi dan masalah yang sama dengan gadis-gadis yang diberi label yang dilakukan pelacur: malu, bersalah,, [merasa] terbuka, rentan, "kotor", cemas, dan tertekan," ucapnya.
Stebbins menganggap masalah dengan sugar dating adalah bahwa mereka tidak membiarkan perasaan berkembang secara alami, melainkan seputar janji uang. Ini dapat mempengaruhi moral dan pandangan diri, dan menyebabkan konsekuensi negatif lainnya.
Meski kencan transaksional ini diagungkan di banyak situs yang mempromosikan praktik tersebut, dengan foto-foto perempuan muda yang cantik, seksi dan menggoda. Namun kenyataannya seringkali jauh berbeda. Dan jauh lebih gelap.
Dilansir Creamreads, terkadang, di balik profil sugar daddy yang menggiurkan, ada seorang penipu. Atau seorang psikopat. Dilaporkan, seorang sugar baby Mackenzie Lueck, harus membayar harga tertinggi ketika dia dibunuh secara tragis di Salt Lake City, diduga oleh seorang lelaki yang dia temui melalui aplikasi kencan.
Adapula seorang perempuan muda yang mengatakan bahwa dia diculik dan diperkosa oleh sugar daddynya. Ditekan untuk menggunakan narkoba atau terlibat dalam situasi seksual di luar zona nyaman mereka adalah keluhan umum di kalangan perempuam muda yang terlibat dalam kencan yang menghasilkan uang.
Pada Oktober 2018, New York Times memprofilkan seorang perempuan muda bernama Chandler Fowles yang telah ditipu oleh calon sugar daddy. Lelaki ini memberitahunya bahwa dia adalah seorang bankir investasi. Dia meyakinkannya untuk membayar kamar hotel untuk pertemuan mereka dan membujuknya untuk mengundang seorang teman untuk bertiga.