Suara.com - Akun media sosial Dokter Tifa mengatakan Indonesia akan dilanda gempa dan tsunami besar yang terjadi pada periode 20 Desember 2022 hingga 23 Januari 2023. Tapi sebenarnya bisakah gempa diprediksi?
Dalam cuitan pada Jumat (16/12/2022) selain memprediksi gempa yang akan datang, ia juga menyebut bakal ada 18 titik gempa di Indonesia, sehingga meminta semua orang waspada.
"Perkiraan Gempa dan Tsunami besar terjadi antara 20 Desember 2022 sd 23 Januari 2023. Titik kejadian belum diketahui krn ada 18 titik potensi, sesuai BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika). Semua daerah siaga," cuit @DokterTifa.
Selain memprediksi gempa, dokter bernama asli Tifauzia Tyassuma juga yang juga terkenal sebagai ahli epidemiologi minta Iron Dome diperkuat.
Baca Juga: Respons Grace Natalie Ditanya Kabar Rian Ernest Gabung Perindo: Akhirnya Keluar Sendiri
"Dan berdoa semoga Allah SWT melindungi kita semua dari marabahaya dan malapetaka. Perkuat IRON DOME," lanjutnya.
Namun Iron Dome yang dimaksud dr. Tifa, alih-alih sistem pertahanan udara milik Israel agar terhindar dari serangan misil maupun rudal dari udara. Tapi dokter itu menyebut Iron Dome adalah kubah yang terbuat dari doa dan zikir.
"Yang belum jadi Anggota SDT. IRON DOME itu adalah kubah raksasa pelindung Indonesia, yang disusun dari doa, dzikir, shalawat, sedekah, amal jariyah, yang dilakukan oleh orang-orang sholeh. Jadilah orang sholeh yang membantu terus memperkuat IRON DOME," tambah @DokterTifa.
Tapi sayangnya, secara tegas lembaga geologi ternama Amerika Serikat, yakni United States Geological Survey atau USGS secara tegas mengatakan jika hingga saat ini tidak ada satupun ilmuwan termasuk yang bekerja di USGS mampu memprediksi gempa.
"Kami tidak tahu caranya (memprediksi gempa), dan kami tidak berharap untuk mengetahui caranya kapanpun di masa mendatang," tulis USGS melalui situsnya.
Baca Juga: 'Tsunami Resign' Kader PSI Masih akan Berlanjut, Grace Natalie: Jangan Kaget Ini Pemurnian
Menurut USGS, alih-alih memprediksi dan memastikan kapan gempa akan terjadi, ilmuwan umumnya hanya memperhitungkan probabilitas atau risiko gempa bumi besar yang akan terjadi di area tertentu di tahun tertentu. Hal ini sesuai dengan pemetaan risiko.
Perhitungan probabilitas ini berbeda dengan prediksi gempa yang harus menentukan tanggal atau waktu, lokasi dan magnitudo (kekuatan skala gempa).
Meski begitu USGS tak menampik ada beberapa orang yang mengaku bisa memprediksi gempa bumi. Tapi sayangnya mereka kerap membuat pernyataan yang salah, seperti sebagai berikut:
- Tidak didasarkan bukti ilmiah, padahal gempa bumi adalah bagian dari proses ilmiah. Ini karena gempa bumi tidak ada hubungannya dengan wan, sakit, nyeri tubuh ataupun siput yang berjalan.
- Prediksi gempa juga tidak mencakup 3 elemen yang diperlukan yakni tanggal atau waktu, lokasi dan magnitudo (kekuatan skala gempa).
- Ramalan juga diprediksi sangat umum, sehingga bisa saja kebetulan ada gempa bumi yang cocok. Misalnya kalimat seperti akan ada gempa bumi di satu tempat di Amerika Serikat dalam 30 hari kedepan, dan sebagainya.