Suara.com - Selebgram Rachel Vennya kembali tuai kritik setelah menyampaikan curahan hatinya ke media sosial. Apa dampak buruk curhat di medsos?
Rachel Vennya awalnya hanya memberi klarifikasi mengapa ia tidak datang ke perayaan ulang tahun anaknya, Xabiru.
Melalui instagram story, Rachel Vennya mengaku tidak bisa hadir karena ada acara temannya. Hal itu yang membuatnya meminta mantan suami, Nino Al Hakim alias Okin menunda perayaan Xabiru. Namun, justru Okin memberikan kejutan lebih dulu kepada putranya itu.
Saat menjawab komentar warganet, Rachel Vennya juga mengungkapkan perasaan kecewanya atau tindakan Okin. Menurutnya, karena Okin yang merayakan ulang tahun Xabiru lebih dulu membuatnya terlihat sebagai ibu yang kurang baik.
"Aku cuma pengen tiap moment abang dan adik selalu ada ayah dan bunanya ga lebih. Bukan masalah ingin dulu2an, pas ayahnya wkt itu ga bs datang aku sempetin video call karena tetap aku pengen ayahnya hadir. Aku cuma pengen kebersamaan di moment2 penting kok maaf ya kalo aku bukan ibu yang baik," tulis Rachel membalas komentar warganet beberapa waktu lalu.
Tidak hanya itu, melalui akun Twitter, Rachel Vennya malah menyindir mantan suaminya itu dengan menyebut kalau laki-laki dapat berlaku seenaknya. Cuitannya ini lantas menuai banyak hujatan. Menurut beberapa warganet Rachel Vennya hanya playing victim.
Beberapa warganet juga berkomentar kalau curahan hati untuk klarifikasi seharusnya tidak perlu disampaikan oleh Rachel Vennya. Menurut warganet, Rachel Vennya seharusnya mengucapkan terima kasih karena ada untuk anak di ulang tahunnya saat ia tidak bisa datang.
Curahan Rachel Vennya di media sosial yang menuai hujatan ini juga pada dasarnya sering terjadi beberapa kali pada artis lainnya. Hal ini karena tidak semua perlu dituliskan di media sosial. Apalagi jika hal yang disampaikan bersifat sensitif atau pribadi. Namun, apakah sebenarnya menyampaikan curahan hati alias curhat di media sosial bahaya?
Melansir laman Mancunion, dalam sebuah studi University of Manchester, curhat di media sosial dapat menurunkan kesehatan mental seseorang. Peneliti studi tersebut, Dr. Natalie Berry mengatakan, mengungkapkan rasa marah atau perasaan di publik melalui media sosial, berkaitan dengan harga diri yang rendah.
Curhat di media sosial juga dapat meningkatkan paranoid atau rasa curiga berlebihan. Bahkan, dengan membuka media sosial ini juga memengaruhi penurunan suasana hati sehingga kondisi mentalnya terganggu.
Dari hasil studi tersebut juga ditemukan, mereka yang menggunakan media sosial sebagai sarana curhat berlebihan akan memberikan dampak lebih buruk. Hal ini karena mereka memiliki keinginan untuk memeriksa ponselnya terus-menerus untuk melihat notifikasi dan respons lainnya.
Biasanya, dari curahan hati tersebut, mereka menginginkan sebuah validasi sehingga suasana hatinya bergantung pada penilaian orang lain. Kondisi ini juga yang membuatnya terkadang mencurahkan hatinya agar bisa diakui.
Namun, jika berlebihan dampak yang ditimbulkan akan sangat buruk. Oleh sebab itu, Dr. Natalie menyarankan, agar penggunaan media sosial harus terus dipantau. Jika sudah berlebihan, dapat mengunjungi para ahli sehingga penggunaan media sosial tetap terkontrol.