Suara.com - Prosesi adat pernikahan yang juga dilakukan oleh Kaesang Pangarep adalah siraman dan pemasangan bleketepe. Dalam prosesi siraman, Kaesang akan disiram oleh 7 orang yang dituakan dari keluarganya dan juga disiram dengan air dari 7 sumber mata air.
Tak hanya siraman, Kaesang juga melakukan prosesi sungkeman kepada kedua orang tuanya, Jokowi dan Iriana. Prosesi pemasangan bleketepe juga tidak lewat dalam upacara adat jelang pernikahan ini.
Lalu, apa sebenarnya bleketepe tersebut?
Dalam bahasa Jawa, bleketepe ini diambil dari kata Bale-Katapi, dimana bale memiliki arti yaitu tempat, sedangkan Katapi berasal dari kata tapi yang memiliki arti yaitu memisahkan kotoran kemudian dibuang.
Secara bahasa, bleketepe memiliki arti sebuah tempat di mana kotoran dipisahkan untuk kemudian dibuang di tempatnya. Bleketepe ini sendiri berasal dari anyaman daun hijau, yang dipasang di depan kediaman sang calon pengantin.
Sebagai bentuk penghormatan kepada tamu, biasanya yang bertugas untuk memasang bleketepe ini merupakan ayah atau wali nikah dari calon pengantin perempuan.
Dalam prosesi pemasangan bleketepe ini, biasanya diiringi oleh doa-doa dan "woro-woro" dalam bahasa Jawa tanda harapan setiap tamu, pengantin nantinya akan menjadi pasangan sehidup-semati. Prosesi pemasangan bleketepe ini dilakukan secara langsung dan jika telah terpasang, maka tandanya calon pengantin siap untuk melangsungkan acara selanjutnya, yaitu acara siraman.
Makna dalam pernikahan
Bleketepe ini juga bukan sekadar hiasan atau anyaman yang digantung, namun sarat akan makna tentang kehidupan. Pemasangan bleketepe ini juga sebagai simbol bahwa tuan rumah telah siap untuk menerima tamu dan menyambut rangkaian hajatan dari calon besan.
Seperti namanya, bleketepe ini juga digunakan sebagai simbol ajakan dari orang tua maupun calon besan untuk sama-sama menyucikan diri, terutama menjelang hari pernikahan agar acara pernikahan akan berlangsung dengan lancar.
Tak hanya itu, bleketepe ini juga melambangkan bahwa tempat yang dikelilingi anyaman hijau nan cerah ini sudah disucikan, sehingga banyak orang percaya bahwa bleketepe ini juga sebagai simbol "tolak bala" dari setiap gangguan eksternal yang dapat mengancam penghuni kediaman tersebut.
Bleketepe ini juga menyimbolkan harapan atas pernikahan yang mulia, bahagia, dan langgeng hingga akhir hayat.
Tradisi pemasangan bleketepe ini memang sering digunakan oleh orang-orang yang menggunakan adat Jawa dalam prosesi pernikahan mereka, karena maknanya yang begitu mendalam dan dipercaya sebagai simbol kebahagiaan bagi tuan rumah dan calon besan yang akan menikahkan anak mereka.
Kontributor : Dea Nabila