Adegan dilanjutkan dengan peragaan prosesi kedua, yakni cethik geni adhang sepisanan dengan makna simbolis sebagai penanda hajatan pernikahan anak perempuan yang pertama kali.
Prosesi tersebut dilakukan dengan melakukan adhang yang berarti menanak nasi. Untuk prosesi ini, ibu Erina dibantu Allen menanak nasi dengan dimulai dari mengambil beras, mencucinya, hingga menanak nasi menggunakan tungku.
Konon, dahulu membuat api memang tidak semudah sekarang. Dengan memakai batu api yang dipercik-percikan dengan batu lain di atas serutan kayu kering (tatal/Jawa) atau daun kering di dapur dengan peralatan yang tradisional juga seperti dandang, kukusan dan tepas (kipas bambu). Benturan antara batu api dengan batu lain akan menghasilkan percikan api yang menyambar dan membakarnya.
Ritual ini memiliki makna orangtua bersama-sama memikul tanggung jawab.
3. Ngracik Tirto Perwitasari
Setelah itu, prosesi dilanjutkan dengan ngracik tirto perwitasari alias meracik air dari tujuh sumber yang akan digunakan untuk siraman.
Tujuh sumber mata air siraman Kaesang dan Erina sendiri berasal dari sumber mata Pengging di Kabupaten Boyolali, Masjid Al-Wustho di Solo, Masjid Agung Keraton Surakarta, Keraton Kasunanan Surakarta, rumah ibunda Presiden Jokowi almarhum Notomiharjo, Pura Mangkunegaran, dan di rumah pribadi Solo.
Tujuh atau pitu bisa bermakna pitutur (perkataan) agar calon pengantin saat berumah tangga selalu berkata sopan satu sama lain, saling menghargai dan tidak menyakiti. Pitu bisa juga pitulungan yang artinya dalam situasi senang dan susah calon pengantin saling membantu.
Air tujuh sumber itu nanti akan didoakan bersama dulu dalam acara pengajian yang digelar sehari sebelumnya, pada 8 Desember 2022 malam di rumah Erina, lalu sebagian dibawa ke Pura Mangkunegaran di Solo untuk dipakai Mas Kaesang.
4. Prosesi Siraman