4 Fakta Batik Parang: Pernah Diklaim Malaysia, Tak Boleh Dipakai di Nikahan Kaesang

Farah Nabilla Suara.Com
Rabu, 07 Desember 2022 | 08:26 WIB
4 Fakta Batik Parang: Pernah Diklaim Malaysia, Tak Boleh Dipakai di Nikahan Kaesang
Motif batik parang dulu hanya digunakan anggota keraton. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Motif batik parang tengah ramai diperbincangkan karena menjadi salah satu aturan berbusana tamu di pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono ketika di Pura Mangkunegaran. Selain karena filosofinya, batik parang memiliki keunikan tersendiri bagi bangsa Indonesia.

Sudah bukan rahasia lagi kalau Indonesia punya beragam jenis, corak, dan motif batik di setiap wilayah maupun teknik pembuatannya. Motif batik parang bisa dibilang sebagai salah satu motif batik istimewa karena masyarakat umum sering menggunakannya tapi ada larangan saat mengenakannya.

Selain itu, jejak sejarah batik parang juga menjadi keunikan tersendiri untuk warisan budaya tak benda dari Indonesia yang sudah diakui UNESCO ini.

1. Rupa Motif Batik Parang

Baca Juga: Gelar Hajatan Besar, Ini 6 Menteri di Pemerintahan Presiden Jokowi yang Akan Bertugas di Pernikahan Kaesang dan Erina

Motif Batik Parang (ist)
Motif Batik Parang (ist)

Motif parang adalah salah satu motif batik tertua di Indonesia yang sudah ada sejak kepemimpinan Keraton Mataram. Tak heran jika motif batik Parang akan banyak dijumpai di daerah Solo dan Yogyakarta. Batik tua ini motifnya terlihat seperti berulang mengikuti garis diagonal. 

Jika dilihat dari bahasa, batik parang berasal dari kata 'pereng' yang artinya dalam bahasa Jawa adalah lereng. Gambaran perengan ini bisa dilihat dari motifnya yang berupa garis menurun tinggi ke rendah.

Kemudian, motif berulang dari batik parang dengan dasar huruf S terinspirasi dari ombak samudra yang memiliki makna tidak kenal putus asa. 

2. Sejarah Batik Parang

Motif ini konon diciptakan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo yang terinspirasi oleh ombak di Pantai Selatan Jawa saat sedang bersemedi.

Baca Juga: Persis Solo Menang Telak atas RANS Nusantara: Hadiah Pernikahan Kaesang Pangarep

Pada masa Dinasti Mataram sampai awal kemerdekaan Indonesia, batik motif parang lereng hanya dapat digunakan oleh para raja dan keturunannya.

Sementara itu, motif batik parang rusak artinya adalah masih kuat, sabar dan mampu kendalikan daya nafsu meski dalam keadaan kepayahan.Motif batik parang rusak konon tercipta saat Penembahan Senopati bertapa di Pantai Selatan. Ia disebut terinspirasi dari ombak yang tidak pernah lelah menghantam karang pantai.

Singkatnya, alasan motif batik parang tidak boleh ada di tasyakuran atau pesta pernikahan karena dipercayai dalam filosofi Jawa, bisa membawa keluarga baru itu penuh dengan cekcok dan perselisihan dalam pernikahan.

3. Larangan Penggunaan Batik Parang di tempat tertentu

Situasi Dalem Ageng Pura Mangkunegaran Surakarta, Sabtu (14/8/2021). ANTARA/Aris Wasita
Situasi Dalem Ageng Pura Mangkunegaran Surakarta, Sabtu (14/8/2021). ANTARA/Aris Wasita

Gibran Rakabuming yang merupakan Wali Kota Solo sekaligus kakak Kaesang mengungkap bahwa aturan pelarangan pakai batik parang lereng bukan datang dari keluarga melainkan dari pihak Pura Mangkunegaran. Tempat sakral itu memang tak memperbolehkan ada tamu pakai batik motif parang lereng atau parang rusak.

Diungkap Gibran, aturan tak boleh pakai motif batik parang itu langsung dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegoro X. Hal itu pun sudah lama diatur dalam adat Mangkunegaran.

Diketahui, batik motif parang hanya boleh dikenakan oleh keluarga keraton seperti raja, permaisuri, keturunannya hingga para bangsawan dan bupati. Sehingga batik motif parang tersebut memang tidak digunakan warga biasa. Ketentuan ini pun berlaku di Yogyakarta dan Solo.

4. Pernah Diklaim Miss Grand Malaysia

Debra Jeanne Poh memakai baju bermotif batik. [Instagram/debrajeanne.poh]
Debra Jeanne Poh memakai baju bermotif batik. [Instagram/debrajeanne.poh]

Debra Jeanne Poh, finalis Miss Grand International 2018 dari Malaysia, membuat geger dan memicu kemarahan publik Indonesia—terutama warganet—karena tampil mengenakan batik.

Dalam kontes kecantikan terkenal tersebut, Debra memakai baju batik bermotif parang yang telah dimodernisasi.

Pemakaian batik oleh Debra itu menuai kemarahan warganet Indonesia. Mereka membanjiri Instagram Debra yang mengunggah fotonya memakai batik parang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI