Suara.com - Keindahan tenun Indonesia dengan karakteristik dan keunikannya masing-masing, menginspirasi sederet desainer dalam menciptakan karya busana siap pakai dan semi-adibusana yang menarik perhatian para pecinta fesyen.
Mereka ialah Mel Ahyar, Danjyo Hiyoji dan Eri. Karya-karya tersebut lantas ditampilkan dalam peragaan busana kolektif bertajuk Antologi yang digelar di Dion, Senayan Park Jakarta pada Selasa (6/11/2022).
Mel Ahyar mengawali pagelaran dengan sebuah koleksi berjudul "Kawin Campur 2" untuk labelnya yang khusus didedikasikan untuk kebudayaan Nusantara, Mel Ahyar Archipelago.
Seperti namanya, Mel Ahyar mengawinkan tujuh macam tenun dari berbagai provinsi. Namun, kali ini, kata dia, koleksi tersebut dibuat dengan modern dan styling yang lebih muda.
Baca Juga: Anggun Pakai Tenun Bali, Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo Tampil Mempesona di Acara KTT G20
"Ini adalah sequel dari koleksi Kawin Campur pertama yang lebih culture ke modernity. How we get together culture yang ada di Indonesia. Stylingnya lebih modern dan young dengan harapan adik-adik generasi berikutnya bisa tertarik lagi mengolah kain-kain tradisional," kata dia dalam pers konferensi pers yang digelar sebelum pagelaran.
Desainer berlanggam semi-couture ini bermain dengan desain asimetris, pola dekontruksi dan sambung motif kontras. Selanjutnya, Dana Maulana dan Michael Simiadi dari Danjyo Hiyoji yang membawakan deretan busana pria dan wanita bertajuk "Titik Temu".
Keduanya menampilkan keindahan kain tenun Garut dengan semangat jiwa muda khas label kontemporer yang berdiri sejak awal milenium tersebut.
Terakhir ialah Eri, rumah mode milik desainer Eridani yang memamerkan kepiawaiannya menggabungkan elemen justaposisi halus lewat lipit dan struktur, gelepai dan keringkasan, serta kecantikan dan maskulinitas dengan koleksi bertajuk "Kvlturati".
Gelaran ini merupakan sebuah reproduksi dari presentasi Cita Tenun Indonesia (CTI) pada Wastra Nusantara: The Journey to Indonesian Fashion yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besat Republik Indonesia di Doha, Qatar pada 30 Oktober lalu.
Tujuannya sendiri adalah untuk mengenalian budaya dan busana khas Indonesia kepada khalayak di jazirah Arab. Pemilihan desainer mode dengan garis rancang berbeda dimaksudkan agar kain tenun tradisional dapat mengalami berbagai inovasi baru, serta dapat diterima oleh khalayak dengan beragam prefensi gaya.
Tenunnya sendiri diambil langsung dari para pengrajin binaan CTI yang telah mendapatkan berbagai pelatihan, baik untuk pewarnaan, teknik hingga karakteristiknya. Sehingga sebelum dipakai oleh desainer, tenun-tenun itu sudah sesuai dengan peruntukannya.