Suara.com - Indonesia disebut sebagai salah satu penghasil teh terbaik di dunia. Hanya saja, banyak generasi muda Tanah Air yang tidak tertarik mengelola perkebunan teh dan memilih merantau untuk mendapat upah yang lebih baik.
Menurut Ketua Paguyuban Tani Lestari - Waras Paliant, saat ini posisi petani teh berada di paling ujung rantai pasok dengan segala keterbatasannya.
"Ketergantungan yang besar dengan pelaku lain juga semakin menempatkan mereka pada posisi tawar yang rendah, sehingga harus ada solusi inovatif untuk mengubah kondisi tersebut," kata Waras, dikutip siaran tertulis, Senin (5/12/2022).
Saat ini, Waras bersama paguyubannya termasuk para petani teh, mencoba membangun produk teh rakyat yang diberi nama brand Teh nDeso.
Baca Juga: Melihat Wisata Alam Kebun Teh Tambi Sikatok di Wonosobo
Brand teh yang dibangun Paguyuban Tani Lestari dan diproduksi langsung dari perkebunan teh rakyat di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Dengan begitu, ia berharap usaha tersebut dapat membuat petani tidak hanya menjadi produsen bahan baku saja, tetapi juga sebagai pemilik brand dan pelaku bisnis di industri teh.
Dengan demikian, Waras berharap, kehidupan keluarga petani dapat menjadi lebih baik seiring dengan peningkatan kapasitas SDM, perbaikan kebun teh rakyat, dan daya saing produknya.
Sementara itu menurut Nanang Christianto selaku pengelola brand Teh nDeso, produk teh tersebut diproduksi dari pucuk teh berkualitas yang hanya diambil dari perkebunan teh rakyat.
Selain itu ada juga proses sortasi dan manajemen mutu yang terjamin, agar teh yang diproduksi mempunyai cita rasa dan aroma khas.
Teh nDeso juga sudah mendapatkan standar LESTARI yang memastikan bahwa praktik budidaya dan pengolahan teh sudah memperhatikan aspek sosial dan lingkungan berdasarkan prinsip berkelanjutan.
“Kami memberikan harga yang adil untuk petani karena mereka sudah melakukan proses budidaya sesuai dengan standar LESTARI."
"Teh nDeso juga menjadi salah satu ujung tombak teh rakyat yang membantu dan mendukung perkebunan teh rakyat mulai dari hulu hingga ke hilir," pungkas Nanang Christianto.