Suara.com - Ada begitu banyak destinasi wisata menakjubkan di Indonesia yang sangat menarik dijadikan konten, entah dalam bentuk foto atau video yang di unggah di berbagai media sosial atau aplikasi seperti, Instagram, Facebook, YouTube, TikTok dan sebagainya .
Dari sekian banyak destinasi yang ada di Indonesia, Maluku Utara (Malut) merupakan salah satu wilayah yang juga memiliki beberapa tempat wisata eksotik yang menarik untuk dijadikan konten.
Sebut saja Pantai Sulamadaha, Pulau Morotai, Kepulauan Widi, Benteng Tolukko, Gunung Gamalama, Museum Kedaton Sultan Bacan, Pantai Jikomalamo dan banyak lagi.
Dengan membuat banyak konten wisata yang ada di Malut, kita sekaligus juga membantu mempromosikan pariwisata Indonesia agar semakin dikenal baik secara nasional maupun internasional.
Hanya saja, masih banyak pengguna digital yang belum sepenuhnya memiliki kecakapan dan pengetahuan yang cukup dalam dunia digital.
Kondisi tersebut dapat dlihat dari indeks literasi digital, dimana Maluku Utara, kata Walikota Tidore Kepulauan, Capt. H. Ali Ibrahim, masih menempati posisi ke-24 dalam indeks literasi digital.
Untuk itu, lanjut dia, perlu meningkatkan kemampuan dan pengetahuan masyarakat Malut dalam berinternet agar semakin melek teknologi.
Salah satu cara agar masyarakat Malut semakin melek teknologi adalah mengikuti workshop literasi digital yang digelar beberapa waktu lalu secara hybrid oleh Pemerintah Daerah Maluku Utara dan Kemenkominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi serta KreatiFund secara hybrid di Benteng Oranje Ternate, Maluku Utara.
“Dengan adanya workshop literasi digital ini, saya berharap Maluku Utara mampu meningkat menjadi peringkat 20 besar dalam indeks literasi digital,” kata Ali Ibrahim.
Baca Juga: Libur Akhir Tahun, Ini 5 Destinasi Favorit Baru Cocok Untuk Staycation
Promosi Wisata Konvensional dan Digital Saling Menguatkan
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Maluku Utara, I. Tahmid Wahab mengatakan bahwa promosi pariwisata secara digital dan konvensional merupakan cara promosi yang saling menguatkan di era digital.
“Promosi secara online tidak mematikan pemasaran secara konvensional, tetapi justru saling menguatkan. Seperti halnya Google My Business, Google My Business membuat objek wisata semakin terkenal dan mudah diakses oleh calon wisatawan,” Jelasnya.
Namun perlu diingat, mudahnya akses internet kata Kepala Dinas Kemkominfo dan Persandian Maluku Utara, Iksan Arsyad harus diimbangi dengan pengetahuan literasi digital yang mumpuni.
Menurut dia, banyak pengguna internet masih belum memiliki kemampuan memahami dan mengelola informasi dengan baik.
“Pengguna internet, hanya mampu menerima. Alhasil, masih banyak yang terpapar oleh informasi tidak benar alias hoax. Kondisi itulah yang menjadi perhatian khusus Kemenkominfo untuk menggencarkan workshop literasi digital ke masyarakat,” ujar Iksan.
Hal tersebut diamini oleh kreator konten Maluku Utara, Eko Cahyono.
Kreatif Dalam Membuat Konten Wisata
Selain memiliki kemampuan memahami dan mengelola informasi dengan baik dalam berinternat, Eko Cahyono juga memberi saran agar pengguna internet yang ingin membuat konten wisata selalu berinovasi dan kreatif, sehingga karya-karyanya yang diunggah di dunia digital akan selalu disukai warganet
“Tren pembuatan konten kini bahkan bisa menjadi peluang baru di era teknologi digital untuk menghasilkan pundi-pundi rezeki. Walaupun terlihat menjanjikan, tidak sembarang orang bisa menjadi kreator konten yang berhasil, dibutuhkan strategi dan perencanaan yang tepat agar disukai khalayak,” tuturnya.
Hal senada dikemukakan pula oleh M. Farid Egal, YouTuber dari Maluku Utara. Ia mengatakan bahwa dengan strategi dan perencanaan yang tepat, maka seorang kreator konten dapat mengemas secara kreatif kearifan lokal Malut yang memiliki karakteristik yang unik.
“Ada banyak cara untuk melestarikan budaya lokal dengan menjadikannya sebagai film dokumenter misalanya agar tetap dikenang,” jelasnya.
Fikri Ilyas, Kreator Konten TikTok asal Maluku Utara juga memberikan tips membuat konten kreatif berbasis budaya lokal, sebagai berikut:
- Dalami secara baik dan menyeluruh budaya yang ingin dijadikan konten.
- Gunakan aplikasi penyedia template dan editing konten yang mudah digunakan.
- Memberikan respon kepada penonton yang memberikan feedback untuk mendapatkan engagement yang baik.