Suara.com - Sampah plastik hinga kini masih menjadi masalah bagi Indonesia. Berbagai kebijakan untuk mengurangi penggunaan plastik sebenarnya sudah dilakukan seperti Pasar Bebas Plastik oleh Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) yang bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Pasar Tebet Barat, Jakarta Selatan.
Gerakan itu yang berhasil mengurangi penggunaan kantong plastik berukuran kecil dan besar sebesar 6 persen dan 11 persen. Jumlah itu masih belum cukup besar untuk menekan penggunaan plastik.
Kini ada upaya untuk mengurangi penggunaan plastik dengan pendekatan agama, seperti dilakukan GIDKP dan LLHPB PP ‘Aisyiyah dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang didukung oleh GIZ melalui program Religious Matters bertujuan untuk mendorong perubahan perilaku pada program Pasar Bebas Plastik melalui pendekatan agama.
Program perubahan perilaku pada program Pasar Bebas Plastik kali ini dilakukan melalui pendekatan agama Islam dengan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat sekitar Pasar Tebet Barat.
Baca Juga: Diduga Ikut Menista Agama, Sule Tak Mau Ambil Pusing: Yang Harus Klarifikasi Itu yang Ngomong
“Karena penduduk Indonesia mayoritas Muslim dan kerjasama kami dengan LLHPB PP ‘Aisyiyah juga sangat tepat karena (mereka) merupakan bagian dari organisasi Islam terbesar di Indonesia (Muhammadiyah). Melalui kerjasama ini, kami berupaya untuk mengangkat pesan terkait kampanye bebas plastik dalam setiap kegiatan dengan nilai-nilai keislaman yang tidak kami lakukan pada program sebelumnya di tahun 2019.”, ujar Rahyang Nusantara selaku Koordinator Nasional GIDKP dalam keterangannya, Selasa, (29/11/2022).
Ia menjelaskan, bahwa jika masalah kerusakan iklim tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan sains, ia menrasa perlu menjaga bumi dari kerusakan iklim dengan pendekatan spiritualitas atau dengan pendekatan agama.
"Dalam Islam juga sudah diajarkan bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman. Jadi, ketika penggunaan plastik sekali pakai yang berujung nyampah itu bisa mengotori bumi kita, maka kalau kita menggunakannya kita termasuk kaum yang tidak beriman.” Ucap Hening Parlan, Ketua Divisi Lingkungan Hidup LLHPB PP Aisyiyah.
“Konsumen dan pedagang yang ada di Pasar Tebet Barat ini juga aktif dalam kajian yang diadakan di masjid yang ada di dekat Pasar Tebet Barat itu sendiri, jadi saya rasa ini merupakan kolaborasi yang benar-benar tepat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait bahaya plastik sekali pakai dalam sudut pandang keagamaan.”, tambah Hening.
Selama hampir 10 bulan berlangsung, program ini sudah melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan pedagang, konsumen, dan masyarakat di sekitar Pasar Tebet Barat. Beberapa kegiatan baru yang dilakukan adalah pengadaan dropbox peminjaman kantong belanja untuk konsumen dan aktivitas bersama DKM Pasar Tebet Barat, seperti tafsir Al Qur’an, pembagian risalah Jum’at, khutbah Jum’at, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Kang Dedi Mulyadi Enggan Menangis karena Masalah Pribadi dengan Anne Ratna, Tapi Soal Ini
Adapun pencapaian yang sudah terjadi sebagai dampak kegiatan-kegiatan di atas adalah semakin menurunnya jumlah kios yang tidak menyediakan kantong plastik, dimana pada uji coba pertama turun sebesar 57% dan tahun ini terdapat tambahan penurunan jumlah kios sekitar hingga 17% yang juga berdampak pada penurunan jumlah kantong plastik.
Selain daripada itu, pedagang menunjukkan sikap dan motivasi yang tergolong tinggi dalam mengurangi plastik sekali pakai. Hal ini terjadi pada seluruh aspek, mulai dari alasan perbaikan lingkungan, petunjuk dari ustadz atau guru agama, serta yang berasal dari ajaran agama.