Suara.com - Gaya hidup Ferdy Sambo ikut disinggung dalam pembahasan 'drama' pembunuhan Brigadir J. Bagaimana Ferdy Sambo mengatur anggaran dengan gaji polisi tapi memiliki pengeluaran belanja yang fantastis?
Diungkap oleh pengacara keluarga Brigadir J, Martin Simanjuntak dalam acara 'Satu Meja Kompas TV' sebagaimana dikutip dari kanal YouTube, KompasTV Aceh, Selasa (29/11/2022), ia mengungkapkan sosok Ferdy Sambo termasuk kaya, dalam tanda kutip.
"Kita tahu seberapa kaya orang ini (Ferdy Sambo), kaya dalam tanda petik, karena kekayaannya perlu diteliti apakah legal atau ilegal," ujar Martin.
Ia mengungkapkan bagaimana kayanya sosok Ferdy Sambo. Di mana ia memberikan kepada para ajudannya untuk tiga dapur atau tiga rumah di Kemang, Magelang dan Saguling, masing-masing Rp 200 juta.
"Menurut versi dari Ferdy Sambo ya, untuk tiga dapur dan masing-masing Rp 200 juta," ucap Martin.
Sedangkan, kata dia, pendapatan Ferdy Sambo saat masih menjabat sebagai Kadiv Propam Polri 'hanya' sekitar Rp 35 juta.
"Jadi dari segi resources kekayaan, saya yakin beliau ini memiliki uang yang cukup banyak," tuturnya.
Antara pendapatan dan pengeluaran belanja Ferdy Sambo dinilai janggal sehingga perlu diteliti apakah pendapatannya itu legal atau ilegal, kata Martin.
Bila hanya mengandalkan gaji di kepolisian, pengeluaran rumah tangga Ferdy Sambo memang sangat besar pasak daripada tiang. Dengan gaji Rp35 juta, namun pengeluaran rumah tangganya mencapai Rp300 juta, artinya minus Rp565 juta.
Dalam teori anggaran penghasilan dikenal metode 50 30 20. Metode itu menjadi yang paling dasar biasanya disarankan perencana keuangan.
Angka tersebut menunjukan alokasi penghasilan 50 persen untuk kebutuhan sangat penting dan mendesak. Misalnya, untuk kebutuhan mendasar seperti makan, minum, transportasi, tempat tinggal dan lain sebagainya.
Bila Ferdy Sambo memiliki penghasilan Rp35 juta per bulan dari kepolisian, artinya untuk kebutuhan belanja seharusnya ia hanya menggunakan separuhnya, yakni Rp17,5 juta.
Kemudian alokasi 30 persen lainnya untuk kebutuhan penting namun tidak terlalu mendesak. Contohnya, untuk membeli paket internet, pakaian, alat elektronik, liburan, dan lain sebagainya.
Dan sisa alokasi lainnya sebanyak 20 persen sebaiknya ditabung. Tabungan bisa dalam bentuk apapun, baik itu dengan menyimpannya sendiri di rumah, atau mungkin menabung dengan jalan berinvestasi. Tetapi dinajurkan untuk mengutamakan tabungan dana darurat.