Suara.com - Arab Saudi gagal mencuri poin dari pertandingan kedua babak penyisihan Grup C Piala Dunia 2022 Qatar. Berhadapan dengan Polandia, Arab Saudi tidak mampu mencetak satu pun gol.
Kesempatan mencetak gol sebenarnya sempat berpihak ke Arab Saudi lewat tendangan penalti. Sayangnya tendangan penalti penyerang Salem Al Dawsari berhasil ditepis oleh kiper Polandia. Sampai akhir pertandingan, Polandia tetap unggul 2-0 atas Arab Saudi.
Tendangan penalti memang kerap jadi salah satu momen penting dalam pertandingan sepakbola. Tetapi, juga jadi tugas berat bagi pemain yang harus melakukan tendangan tersebut.
Menurut penelitian dari Frontiers in Computer Science, faktor psikologis bisa jadi salah satu penyebab pemain gagal mengeksekusi tendangan penalti.
Gangguan psikologis itu bisa berupa kecemasan dan tekanan, dua hal itu disebut jadi penyebab paling kritis dari kesalahan tersebut.
"Namun demikian, faktor-faktor tersebut belum sepenuhnya dieksplorasi," kata peneliti Max Sluter, dikutip dari situs resmi Frontiers.
Para ilmuwan itu lakukan penelitian dengan menggunakan spektroskopi inframerah-dekat fungsional (fNIRS) untuk menyelidiki pengaruh otak saat seseorang lakukan tendangan penalti.
Setiap peserta diminta lakukan 15 kali tendangan penalti dalam tiga kondisi tekanan yang berbeda, di antaranya tanpa penjaga gawang, dengan penjaga gawang yang ramah, dan dengan penjaga gawang yang kompetitif.
Para peserta terdiri dari atlet sepakbola berpengalaman dan tidak berpengalaman direkrut. Kemudian aktivasi otak dibandingkan di seluruh kelompok. Selain itu, aktivasi fNIRS dibandingkan antara sesi di mana peserta merasa cemas terhadap sesi tanpa laporan kecemasan, dan antara sesi penilaian penalti dan sesi yang hilang.
Baca Juga: Pemain dan Pelatih Arab Saudi Bantah Rumor Hadiah Rolls Royce Usai Bantai Argentina
Hasilnya menunjukkan bahwa wilayah otak yang relevan dengan tugas, korteks motorik, lebih aktif saat pemain tidak mengalami kecemasan kinerja. Aktivasi area yang tidak relevan dengan tugas terbukti terkait dengan pemain yang mengalami kecemasan dan kehilangan penalti, terutama korteks prefrontal (PFC).
Lebih khusus lagi, aktivasi PFC yang lebih tinggi secara keseluruhan terkait dengan pemain yang gelisah. Penalti yang gagal juga dapat disebabkan oleh kekhawatiran pemain tentang konsekuensi mencetak gol atau melewatkan tendangan penalti.
"Ketika pemain berpengalaman merasa cemas, aktivasi korteks temporal kiri mereka meningkat. Itu bisa menjadi indikasi bahwa mereka terlalu memikirkan situasi dan mengabaikan keterampilan mereka. Selain itu, aktivasi korteks temporal kiri lebih tinggi ketika pemain yang tidak berpengalaman berhasil mencetak penalti," jelas Max.
Para peneliti menyimpulkan bahwa secara keseluruhan, hasil penelitian itu sejalan dengan teori efisiensi saraf dan menunjukkan kelayakan dan validitas ekologi untuk mendeteksi petunjuk neurologis yang relevan dengan kecemasan dan kinerja dari rekaman fNIRS di lapangan.