Suara.com - Jagat media sosial belum lama ini digemparkan dengan video syur kebaya merah yang telah banyak beredar. Kedua pelaku video tersebut sudah diamankan polisi dan telah melalui sejumlah pemeriksaan. Menariknya, belakangan petugas kepolisian mendapati bahwa pelaku wanita yang berinisial AH memiliki 31 kepribadian.
Hal ini dijelaskan langsung oleh Plh Kasubdit Siber Ditreskrimsus Polda Jawa Timur, Kompol Hariyanto berdasarkan keterangan pelaku pria yang berinisial ACS.
"Cowoknya (ACS) yang menamakan, termasuk nama Luna dan Clara itu," terang Hariyanto.
Lantas apa penyebab kepribadian ganda seperti yang dilaporkan dialami pelaku wanita kebaya merah tersebut? Simak ulasannya berikut ini.
Penyebab dan Gejala Kepribadian Ganda
Dilansir dari Mayo Clinic, kepribadian ganda atau dissociative identity disorder (DID) merupakan kondisi seseorang memiliki dua kepribadian atau lebih yang berbeda antara satu dengan lainnya. Identitas lain dalam kepribadian disebut sebagai alter ego.
Alter ego cenderung berbeda satu sama lain. Identitas tersebut dapat memiliki nama, usia, jenis kelamin dan sifat yang berbeda. Dilansir dari Cleveland Clinic, ada tanda-tanda kepribadian ganda antara lain:
- kecemasan
- delusi
- depresi
- disorientasi
- hilang ingatan
- memiliki pkiran untuk bunuh diri atau menyakiti diri sendiri
Hingga saat ini, penyebab kepribadian ganda masih belum diketahui secara pasti. Namun, dugaan paling kuat dari kepribadian ganda ini dipicu oleh trauma masa kecil seperti kecelakaan, pelecehan seksual, emosional, tindak kekerasan, maupun bencana alam. Faktor lingkungan juga bisa mendukung seorang anak dapat tumbuh dan memiliki kepribadian ganda.
Diagnosis Kepribadian Ganda
Baca Juga: Tak Mau Video Syurnya Disebar RD, Denise Chariesta: Gak Mau Nasib Kayak si Bulan
Dokter akan melakukan pemeriksaan gejala dan riwayat kesehatan pasien penderita kepribadian ganda. Dokter bakal melakukan diagnosis berdasarkan kriteria DSM-5 (The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition), tes darah, pemindaian foto rontgen, CT scan, hingga MRI untuk mengetahui apakah penderita memiliki gejala lain maupun efek samping obat.