Suara.com - Belum lama ini penyanyi Pinkan Mambo mengungkapkan pengalamannya yang disebut pernah berhubungan seksual dengan 20 pria berbeda tanpa ikatan pernikahan.
Hal tersebut yang membuatnya hamil, tetapi tidak mengetahui siapa ayah kandungnya. Hal ini dikatakan langsung oleh Maia Estianty dalam podcast di kanal Youtube Maia AL EL Dul, Sabtu (5/11/2022).
Pinkan Mambo juga mengaku bingung siapa ayah dari anak yang dikandungnya. Sementara itu, Maia Estianty membongkar jika dahulu ada sosok yang ingin menikahinya di saat hamil.
"(Pria) yang di belakang itu dulu yang pernah aku suruh menikahi Pinkan pada saat Pinkan nggak tahu bapaknya siapa," ujar Maia Estianty dalam Youtube Maia Al El Dul, Sabtu (5/11/2022).
Pinkan Mambo juga membenarkan jika hal tersebut benar adanya. Bahkan pria tersebut rela melamarnya saat dirinya sedang hamil meskipun sosok ayahnya tidak pasti.
"Teman kita di belakang ini dulu pernah pada saat Pinkan hamil nggak tahu bapaknya siapa, dia yang menawarkan diri udah gue yang kawinin Pinkan, supaya Pinkan selamat, nggak punya malu," kata Maia Estianty.
Seperti kasus yang dialami Pinkan Mambo, meski sudah dinikahi belum tentu menjamin pria itu adalah ayahnya. Pasalnya, untuk mengetahui ayah kandung dari anak membutuhkan tes terlebih dahulu.
Lantas apa saja cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui ayah dari anak yang dikandung? Melansir laman Lifehack, berikut beberapa cara untuk mengetahui ayah dari anak.
Tes paternitas (DNA)
Baca Juga: Demi Memuaskan Hasrat sang Kekasih, Pinkan Mambo Berikan Segalanya hingga Berani Aborsi Anak Pertama
Tes DNA menjadi kondisi paling akurat dan dapat diandalkan untuk menguji apakah pria tersebut adalah ayah biologis dari sang anak. Untuk tes DNA biasanya akan mengambil sampel dari pria (calon ayah) dengan anak.
Nantinya laboratorium akan menganalisis kedua DNA apakah cocok atau tidak. Namun, terkadang kondisi ini sulit dilakukan karena pihak pria tidak mau melakukan tes DNA. Oleh sebab itu, biasanya membutuhkan cara lain untuk menguji kecocokan DNA pria tersebut dengan anak.
Menguji dari barang
Jika sulit mengambil sampel DNA melalui tubuh pria yang diduga ayah secara langsung. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan barang yang berisi DNA-nya seperti kacamata, kondom bekas, sikat, gigi, dan lain-lain.
Beberapa barang nyatanya dapat mengandung DNA ayah sehingga dapat diekstraksi. Meski demikian, terkadang kekuatan DNA yang memiliki peluang tinggi juga tergantung dengan barang yang dipilih. Selain itu, penting mengetahui aturan UU terkait pencurian DNA untuk tes paternitas. Hal ini karena tidak semua negara mengizinkan tes satu ini.
Menggunakan DNA saudara kandung pria (yang diduga ayah)
Jika pria tidak dapat atau tidak mau melakukan tes, cara yang bisa digunakan yaitu mengambil DNA milik saudara kandungnya. Hal ini karena saudara kandung disebut memiliki DNA yang sama dengan pria tersebut. Dengan begitu, dapat terlihat apakah pria itu benar ayah dari sang anak atau bukan.
Pengujian DNA bibi atau paman pria (diduga ayah)
Jika DNA saudara kandung masih ragu, bisa juga dengan menguji paman atau bibi sebagai alternatif lain. Meski demikian, DNA bibi dan paman tidak selalu akurat. Jumlah materi genetik umum antara bibi atau paman dengan keponakan laki-laki mereka tidak sebanyak milik ayah.
Oleh sebab itu, lebih baik penggunaan tes satu ini hanya sebagai pembanding untuk lebih meyakinkan apakah pria tersebut merupakan ayah biologis dari sang anak.
Pengujian kakek dan nenek
Tes DNA juga dapat dilakukan kakek dan neneknya. Pengujian dari kakek dan nenek dinilai lebih akurat karena mengandung DNA pria yang diduga ayah dari anak. Ketika laboratorium dapat menggunakan kedua sampel DNA mereka (kakek dan nenek) untuk merekonstruksi profil putra mereka (yang diduga sebagai ayah).
Mereka kemudian dapat melanjutkan untuk membandingkan profil ini dengan profil cucu untuk melihat apakah ada kecocokan (secara tidak langsung mengonfirmasi ayah) atau ketidakcocokan (secara tidak langsung mengecualikan ayah).
Tes paternitas (DNA) saat hamil
Perlu diketahui, tes DNA juga dapat dilakukan saat anak masih di dalam kandungan. Tesnya yaitu dengan menggunakan sejumlah metode termasuk amniosentesis, pengambilan sampel chorionic villus, dan sampel darah ibu, para ilmuwan dapat mengekstrak cetak biru DNA bayi yang belum lahir.
Tes paternitas prenatal dapat dilakukan sekitar 10 minggu tetapi ini sangat tergantung pada jenis pengumpulan sampel yang digunakan. Perlu juga dicatat bahwa banyak tes paternitas prenatal juga menimbulkan risiko, seperti amniosentesis dapat menyebabkan keguguran karena pengambilan sampel melibatkan memasukkan jarum ke dalam rahim.
Untuk itu, sebelum melakukan tes, berkonsultasi lebih dahulu adalah hal yang perlu dilakukan sehingga tidak sembarangan.