Dua Masalah Seksual yang Kerap Dialami Perempuan Maupun Laki-laki, Tapi Dianggap Tabu untuk Diperbincangkan

Sabtu, 05 November 2022 | 21:05 WIB
Dua Masalah Seksual yang Kerap Dialami Perempuan Maupun Laki-laki, Tapi Dianggap Tabu untuk Diperbincangkan
Ilustrasi pasangan tidak mau membicarakan masalah seksual. [freepik.com/freepik]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Komunikasi seksual di kalangan masyarakat Indonesia masih dianggap tabu. Padahal menurut Dr. Haekal Anshari, M. Biomed (AAM), pembicaraan ini penting bagi pasangan sebagai kunci keharmonisan rumah tangga.

Ia mengungkap, membahas topik seksualitas adalah hal yang semestinya dilakukan oleh suami istri sebagai cara untuk menjaga keharmonisan kehidupan seksual. Bukan cuma itu, hal tersebur juga dirasa bisa mengatasi masalah seksual yang dialami pasangan, dengan mencari pertolongan kepada tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi di bidang seksualitas.

"Kondisi yang terjadi adalah istri punya keluhan tidak pernah atau sulit mencapai orgasme sehingga sulit menikmati kehidupan seksualnya bersama suami. Padahal acapkali penyebabnya karena disfungsi seksual yang dialami oleh suami, misalnya kualitas kekerasan ereksi yang tidak optimal, gangguan ejakulasi hingga ketidakpahaman dalam melakukan tahapan berhubungan seksual yang benar," ungkap Dr. Haekal Anshari dalam siaran pers yang Suara.com terima belum lama ini.

aIlustrasi pasangan tidak mau membicarakan masalah seksual.[freepik.com/jcomp]
Ilustrasi pasangan tidak mau membicarakan masalah seksual. [freepik.com/jcomp]

Lebih lanjut Dr. Haekal menjelaskan, tahapan berhubungan seksual terbagi menjadi tiga hal yakni foreplay, intercourse, dan afterplay. Namun sayangnya, banyak pasangan yang tidak mengoptimalkannya. Padahal tahapan-tahapan tersebut penting dalam mencapai kenikmatan dan kepuasan bersama dan sesuai dengan siklus respon seksual manusia.

Baca Juga: Miris! Anak SD Tulis Surat Cinta Berbau Pornografi

Umumnya, kata Haekal, laki-laki cenderung mempersingkat tahap foreplay karena laki-laki mudah terangsang dan mudah mencapai orgasme daripada perempuan. Padahal perempuan membutuhkan waktu untuk bisa terangsang dengan optimal yang ditandai dengan keluarnya lubrikasi vagina yang optimal sehingga siap untuk dilakukan penetrasi di tahap intercourse.

"Tapi umumnya, pasangan suami istri tidak tahu dan kurang paham dengan tahapan tersebut, jadi lebih banyak mempersingkat foreplay, akibatnya istri belum terangsang optimal langsung dipenetrasi dan hal ini akan menyebabkan nyeri akibat gesekan penis dan rongga vagina sehingga istri sulit untuk menikmati hubungan seksual tsb dan sulit mencapai orgasme," jelas dia lagi.

Bila hal ini terjadi berulang kali, lanjutnya, tentu akan menurunkan minat istri untuk berhubungan seksual karena tidak menikmatinya. Hal inilah, yang akhirnya membuat perempuan enggan berhubungan seks, di mana suami akan mengira bahwa sang istri sudah tidak bergairah.

Sehingga terkadang muncul kesalahpahaman antara suami dan istri yang berisiko mengganggu keharmonisan hubungan rumah tangga.
Dokter Haekal juga menyampaikan beberapa disfungsi seksual yang sering dialami oleh pihak suami, yaitu Hipogonadisme.

Medical Director QuickGlam in ini menjelaskan jika Hipogonadisme pada laki-laki atau juga dikenal sebagai Testosterone Deficiency Syndrome (TDS), merupakan kondisi seorang laki-laki yang mengalami penurunan hormon testosteron sehingga menyebabkan berbagai gangguan kesehatan termasuk terganggunya fungsi seksual yakni menurunnya dorongan seksual dan ereksi penis yang kurang kuat (disfungsi ereksi).

Baca Juga: Dilema Video Game Bagi Seksualitas Pria: Ada Dampak Buruk Tapi Juga Miliki Manfaat Baik

Selain gangguan fungsi seksual, defisiensi hormon testosteron dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti obesitas, lingkar pinggang membesar, susah konsentrasi, daya tahan fisik berkurang, penurunan kemampuan olahraga, hingga mudah kesal, marah hingga menurunnya kesenangan hidup.

Untuk mengatasi deretan permasalah seksualitas ini, klinik QuickGlam kata Dr. Haekal dapat membantu dengan layanan Hormone Replacement Therapy yang dapat membantu memperbaiki kondisi hormon yang telah terbukti ilmiah membantu mengatasi gejala-gajala penurunan hormon dan mencegah komplikasi penyakit akibat kondisi hormon yang turun.

"Layanan Hormone Replacement Therapy tidak terbatas hanya untuk laki-laki tapi juga untuk perempuan yaitu dengan koreksi gangguan keseimbangan hormon estrogen dan progesteron," tutup dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI