Suara.com - Istilah quiet quitting atau berhenti diam-diam, berputar pada kehidupan kerja. Berkebalikan dengan hustle culture, istilah itu mengacu pada hanya melakukan pekerjaan sesuai porsi lalu pulang kerja tepat waktu.
Tapi rupanya tak cuma di tempat kerja, istilah quiet quitting berlaku pada perawatan kulit.
Dikutip dari Glamour Magazine, pendekatan quiet quitting pada perawatan kulit itu diperjuangkan oleh Marc Elrick, pendiri Byoma.
Ia melihat bahwa rang-orang telah kelebihan beban pada produk, mencari perbaikan jangka pendek dan cepat, dengan rutinitas rumit yang menyebabkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan.
Baca Juga: Mengobati Eksim, Ini 3 Kandungan pada Produk Perawatan Kulit yang Direkomendasikan Dokter
"Kami memilih untuk mematahkan tren ini dengan perawatan kulit yang bukan tentang kepuasan instan, dan lebih banyak tentang hidrasi lembut yang memelihara pelindung yang sebenarnya dibutuhkan kulit Anda," jelas Marc.
Ia menjelaskan penggunaan perawatan kulit dan pengelupasan kulit yang justru membuat lebih banyak masalah kulit dari sebelumnya.
Bagi banyak ahli kulit, termasuk Dr Emma Wedgeworth, pembersih, serum, pelembab, dan SPF adalah tulang punggung dari rutinitas perawatan kulit yang solid.
Tapi regimen itu dapat diubah di malam hari. Misalnya, Anda mungkin ingin mengganti serum vitamin C yang dipakai siang hari dengan retinol.
"Tetapi Anda hanya perlu memasukkan satu atau dua aktivitas ke dalam rezim Anda untuk mengatasi masalah utama Anda," kata Dr Wedgeworth.
Baca Juga: 9 Manfaat Face Mist untuk Kulit Wajah, Tak Cuma Memberi Kesegaran
Prinsip inti dari quiet quitting adalah menjadi lebih pintar tentang apa yang Anda terapkan dan bersandar pada bahan multi-purpose.
Dokter estetika Dr Barbara Sturm adalah penggemar berat niacinamide, karena bahan itu memiliki berbagai efek baik untuk kulit.