Melalui Brave Together, Maybelline New York Bagikan Tips Kesehatan Mental bagi Gen-Z

Senin, 31 Oktober 2022 | 15:15 WIB
Melalui Brave Together, Maybelline New York Bagikan Tips Kesehatan Mental bagi Gen-Z
Merayakan Hari Kesehatan Mental Dunia pada 10 Oktober lalu, Maybelline New York kembali menggaungkan Brave Together. (Dok: Maybelline New York)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menurut riset Maybelline New York, 6 dari 10 Gen-Z berusia 18-25 tahun di Indonesia mengatakan pernah mengalami gejala isu Kesehatan mental. Namun, hanya 15% yang memilih pergi ke psikolog untuk membantu menanganinya. Hasil riset menunjukkan, Sebagian hal yang membuat Gen-Z merasa cemas dan resah adalah ketakutan akan ketidakpastian di masa depan (60%) dan isu masalah pendewasaan (43%).

Psikolog Klinis & Co Founder KALM, Karina Negara mengatakan bahwa tantangan utama memasuki usia 20 adalah menyatukan ekspeltasi dan realita. “Memasuki usia 20an adalah fase peralihan seseorang dari remaja menuju dewasa, dengan segudang ekspektasi yang ada di benak mereka. Tidak bisa dipungkiri pengaruh media sosial sangat besar terutama bagi para Gen-Z dimana kebanyakan mereka terpapar pada konten-konten yang ideal, terkadang tidak mencerminkan realitasnya secara utuh,” jelas Karina.

"Untuk mendukung kesiapan dan Kesehatan mental mereka yang sedang bertransisi, sungguh penting bagi Gen-Z untuk memperoleh pendampingan dan panutan yang bisa menyeimbangkan ekspektasi dan realota bahwa hidup tidak selamanya manis sebagaimana di media sosial,” tambahnya.

Sementara itu, merayakan Hari Kesehatan Mental Dunia pada 10 Oktober lalu, Maybelline New York kembali menggaungkan Brave Together dalam bentuk acara edukasi bersama para partner Brave Together yaitu Rahasia Gadis dan KALM serta didukung oleh UI Sehat mental.

Baca Juga: Gen Z Jadi 'Penguasa' Pasar Modal Indonesia, Total Aset Capai Rp52,77 Triliun

Bertempat di Selasar Balai Purnomo Universitas Indonesia, hadir rangkaian kegiatan talkshow dan booth interaktif mengangkat tema yang sangat dekat dengan anak muda yaitu ‘Ready for my 20s’ untuk berdiskusi dan menjawab keresahan Gen-Z memasuki masa depan yang mengalami banyak perubahan di usia 20 tahun.

“Maybelline Brave Together adalah komitmen global kami, brand make up nomor satu dunia yang di luncurkan di Indonesia pada bulan Mei 2022 untuk mendukung isu Kesehatan mental melalui 2 metode yaitu edukasi dan akses konseling gratis bagi yang membutuhkan. Sejalan dengan misi Maybelline New York untuk mendorong kepercayaan diri, kebebasan berekspresi, serta membuat perubahan di dunia. Kami percaya bahwa isu Kesehatan mental sangat dekat dan sangat relevan bagi masyarakat. Namun, sayangnya seringkali menjadi stigma bagi Sebagian kelompok,” papar Brand General Manager Maybelline Indonesia, Carla Mangindaan.

Sementara itu, bagi para Gen-Z yang masih dalam proses pendewasaan, diperlukan mindset dan mentalitas ‘Brave’ untuk merawat Kesehatan mental yang dibutuhkan agar mampu menjadi dewasa yang berfungsi optimal. Berikut adalah yang dimaksud ‘Brave’.

1. B - Bangun Kebiasaan Positif

Memiliki kebiasaan positif dapat dimulai dari sesuatu yang kecil seperti bangun pagi dan olahraga teratur. Kamu akan merasa lebih produktif dan memiliki waktu lebih banyak untuk merencanakan harimu. Dengan memiliki kebiasaan positif yang konsisten, emosi akan menjadi lebih terjaga dikarenakan hati lebih tenang berkat perencanaan yang lebih matang.

Baca Juga: Beda dari Milenial, The Power of Gen Z Dinilai Bisa Redam Polarisasi Pemilu 2024

2. R - Rencanakan Waktu Istirahat

Sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur memiliki efek negatif yang signifikan pada kondisi mental.

Merencanakan waktu untuk istirahat atau tidur pada waktu yang teratur setiap hari akan membantu untuk membawa stabilitas pada kondisi mental seorang individu.

3. A - Afirmasi Diri

Penelitian menunjukkan bahwa cara seseorang berpikir tentang diri sendiri dapat memiliki efek yang kuat pada stabilitas mental seseorang.

Ketika seseorang memandang dirinya dan hidupnya secara negatif, maka mereka juga merasakan efek negatifnya.

4. V - Validasi Emosi

Validasi adalah kemampuan mengakui dan menerima berbagai emosi yang dirasakan. Agar mampu memvalidasi emosi diri, diperlukan latihan dan refleksi diri secara rutin.

Merefleksikan diri berarti evaluasi dan proyeksi diri di masa mendatang. Dalam validasi diri, refleksi yang akurat dan jujur dapat membantu proses penerimaan diri, namun bila dirasa masih sulit berefleksi. Kamu bisa dibantu oleh professional melalui konseling supaya semakin akurat.

5. E - Ekspresikan Kebaikan

Ketika berbuat baik, hal tersebut bukan hanya berdampak baik ke orang yang kita bantu. Tetapi juga berdampak positif untuk diri sendiri. Penelitian menunjukkan ketika membantu orang Iain, kita bisa membentuk self-esteem yang lebih sehat karena menemukan makna dan menumbuhkan manfaat hidup kita sendiri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI