Suara.com - Kebanyakan orang mungkin lebih familiar dengan bubur ayam. Sesuai namanya, bubur tersebut umumnya ditaburi suiran daging ayam kemudian ditambah kacang goreng, irisan seledri, cakwe, juga dilengkapi dengan sambal.
Tetapi, bubur khas Betawi tidak demikian. Penamaannya pun tidak disebut dengan bubur ayam melainkan bubur ase atau singkatan dari asinan semur.
Kenapa begitu? Karena toping bubur berupa asinan betawi dan kuah semur yang berisi daging sapi dan tahu. Untuk asinan terdiri dari sawi asin, toge, lobak, ketimun, kacang tanah, dan emping.
Mulanya, mangkuk diisi dengan bubur yang teksturnya serupa dengan bubur nasi pada umumnya. Kemudian disiram dengan kuah semur, lalu aneka asinan dicampir di atasnya. Tak bileh terlewat juga emping dan kerupuk merah sebagai pelengkap.

Untuk sambal berupa acar dengan tambahan sedikit garam dan cuka.
Tidak seperti makanan khas betawi lainnya, misalnya merak telor, gabus pucung, juga soto tangkar, bubur ase ternyata hanya populer dikalangan warga betawi asli.
Hal tersebut diakui sendiri oleh salah satu pengusaha bubur ase asli betawi, Lutfi atau yang akrab disapa Bang Lopi. Ia menjadi penerus ketiga yang melanjutkan usaha keluarga berjualan bubur ase di Jakarta.
Usaha tersebut ia lanjutkan dari orangtuanya yang telah berjualan bubur ase sejak tahun 60-an. Sempat dilanjutkan oleh sang kakak, kemudian Bang Lopi menjadi penerus ketiga dagangan tersebut.
Setiap hari Bang Lopi berjualan di area pasar Gandaria, jl. Kebon Kacang, Jakarta Pusat yang rata-rata memang dihuni oleh warga Jakarta yang sudah puluhan tahun tinggal di lokasi tersebut.
Baca Juga: Bukan Nasi Uduk atau Bubur Ayam, Ini Menu Sarapan Sehat Kate Midlleton
"Memang bubur ini jarang yang tahu. Orang kan biasanya makan bubur ayam. Kalau ini khas betawi, bubur dicampur asinan sama semur," kata Bang Lopi saat ditemui di acara Festival Jajanan Bango di parkir timur Senayan, Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (28/10/2022).