Menteri PPPA Ungkap Biang Kerok yang Bikin Perempuan Banyak Berhenti Bekerja

Jum'at, 28 Oktober 2022 | 08:30 WIB
Menteri PPPA Ungkap Biang Kerok yang Bikin Perempuan Banyak Berhenti Bekerja
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (MenPPPA) Bintang Puspayoga. (Dok: Kemenpppa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Keterlibatan perempuan dalam dunia kerja di Indonesia masih lebih sedikit dibandingkan pekerja laki-laki. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati menyebut bahwa menikah dan memiliki anak jadi faktor penyebab perempuan yang sudah bekerja memilih untuk berhenti.  

Bintang memaparkan, kesenjangan jumlah pekerja perempuan dan laki-laki masih terjadi selama 20 tahun terakhir. Sampai pada Februari 2022, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan hanya 54 persen, dibandingkan laki-laki yang sudah mencapai 84 persen.

Pemerintah menargetkan gap kesenjangan itu bisa dipangkas sampai 25 persen oada 2025 mendatang. 

Ilustrasi wanita karier (freepik.com/tirachardz)
Ilustrasi wanita karier (freepik.com/tirachardz)

"Salah satu alasan perempuan masih tertinggal dari laki-laki karena beratnya beban pekerjaan tidak berbayar yang harus mereka pikul. Kesenjangan gender dalam partisipasi angkatan kerja paling terlihat pada perempuan yang sudah menikah, terutama mereka yang sudah memiliki anak," kata Bintang dalam webinar 'Investasi Pada Pengasuhan Anak', Kamis (27/10/2022).

Baca Juga: Farhat Abbas Bahas Tentang Laki-Laki Korban KDRT, Jadikan Pedangdut Nassar Sebagai Contoh

Padahal populasi di Indonesia hampir setengahnya perempuan. Dan sekitar 70 persen perempuan di Indonesia saat ini berada pada usia kerja.

"Itu membuka potensi kepemimpinan perempuan, sangat penting untuk pemulihan ekonomi nasional yang kuat dan berkelanjutan," tambah Bintang.

Secara beban kerja, Bintang mengungkapkan, kalau perempuan cenderung punya tuntutan untuk melakukan kegiatan tidak berbayar tiga kali lebih banyak daripada laki-laki. Salah satunya merawat anak di rumah yang seharusnya menjadi pekerjaan bersama suami dan istri.

Kondisi pandemi Covid-19 juga berakibat meningkatnya kegiatan perawatan tidak berbayar yang membuat perempuan terpaksa keluar dari pekerjaan.

Bintang menyampaikan bahwa berinvestasi pada pengasuhan anak bisa jadi jalan keluar bagi perempuan dan keluarganya agar kegiatan bekerja juga perawatan anak bisa tetap berjalan beriringan.

Baca Juga: Perempuan Bercadar yang Datangi Istana Merdeka Bawa Pistol Mimpi Masuk Surga

"Dengan berinvestasi pada layanan pendidikan anak usia dini dan pengasuhan anak akan meningkatkan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja. Riset Bank dunia melaporkan jika Indonesia bisa mencapai tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan sebesar 58 persen, kita akan mampu menghasilkan tambahan Rp 62 miliar untuk perekonomian bangsa," paparnya.

Temuan dari Bank Indonesia tersebut, menurut Bintang, jadi bukti kalau dengan meningkatkan angkatan kerja perempuan tidak hanya berguna untuk kemakmuran bagi perempuan itu sendiri, tapi juga kehidupan masyarakat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI