Sejarah Takoyaki yang Jarang Diketahui, Dulu Ternyata Isinya Bukan Gurita

Arendya Nariswari Suara.Com
Selasa, 25 Oktober 2022 | 15:19 WIB
Sejarah Takoyaki yang Jarang Diketahui, Dulu Ternyata Isinya Bukan Gurita
Ilustrasi penjual takoyaki. (Pixabay/nokato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Siapa tak kenal dengan takoyaki? Street food asal Jepang ini begitu populer di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia.

Kekinian, jajanan Takoyaki khas Jepang ini bahkan dapat dengan mudah kita temui di jalanan dan variasi harganya tergolong murah meriah.

Sebagai informasi, takoyaki ini merupakan makanan yang dibuat dari adonan tepung terigu. Biasanya, takoyaki diisi potongan daging gurita kemudian dihidangkan dengan taburan daun bawang serta saus spesial.

Tapi tahukah Anda, sejarah takoyaki yang sebenarnya? Jika belum, berikut kami rangkum sejarah unik takoyaki dari laman Hops.id---Jaringan Suara.com, Selasa (25/10/2022) untuk Anda.

Baca Juga: Festival Jepang Yabaii Matsuri, Tak Hanya Kenalkan Budaya Tapi Juga Gaya Hidup Sehat ala Negeri Sakura

Ilustrasi takoyaki. (Pixabay/@Yehnick)
Ilustrasi takoyaki. (Pixabay/@Yehnick)

Dihimpun dari laman This is Japan, kisah mula sejarah takoyaki berawal dari hadirnya hidangan khas Perancis pada tahun 1600 silam.

Seorang pria di Osaka bernama Tomekichi Endo menciptakan takoyaki sendiri pada tahun 1935.

Sampai saat itu, hidangan serupa yang menggunakan daging sapi rasa kecap sedang dijual.

Hidangan ini dikenal sebagai rajioyaki, dan berevolusi dari yang sebelumnya disebut choboyaki yang menggunakan konjac (konnyaku).

Kemudian, cerita berlanjut dengan seorang pria dari kota Akashi yang saat itu sedang mengunjungi Osaka.

Baca Juga: Itasha, Tren Hias Mobil dengan Karakter Anime, Manga, dan Video Game

Dia menyebutkan bahwa gurita digunakan sebagai pengganti daging sapi di tempat dia berasal. Hidangan yang dia maksud adalah Akashiyaki, hidangan yang mirip dengan rajioyaki, hanya saja teksturnya lebih lembut dan telurnya lebih kental.

Pria itu juga menambahkan bahwa hidangan itu dicelupkan ke dalam kaldu ikan sebelum dimakan.

Hal yang diucapkan oleh pria itu tampaknya cukup menginspirasi Endo untuk mengganti daging sapi dengan gurita untuk isian rajioyaki.

Sebelum Perang Dunia II, sebagian besar takoyaki dimakan tanpa saus.

Namun, setelah perang, variasi saus Worcestershire diperkenalkan, dan rasanya yang tajam membantu meningkatkan popularitas takoyaki.

Popularitas takoyaki semakin meningkat setelah mulai ditampilkan di majalah mingguan, dan dengan harga 10 yen untuk sekitar 4 sampai 6 buah takoyaki.

Sejak pertengahan 1960-an dan seterusnya, penjualan dan promosi takoyaki berkembang pesat.

Di distrik Ginza Tokyo, kedai takoyaki mendapatkan popularitas melalui penggunaan pasta udang.

Sementara pada akhir 1970-an toko waralaba pertama dibuka di Prefektur Fukuoka.

Hotplate Takoyaki untuk digunakan di rumah mulai mendapatkan daya tarik selama tahun 1980-an dan seterusnya.

Takoyaki bahkan telah mendapatkan popularitas di luar negeri, tepatnya di Taiwan. Di sana, digunakan saus hijau yang diresapi wasabi dan mayones.

Sementara di Hong Kong dan mainland China, toko cabang terus melakukan perdagangan dengan baik.

Takoyaki tidak hanya dijual di warung pinggir jalan, toko, dan di festival saja, tetapi sekarang juga ditemukan di supermarket, toko serba ada, dan lain sebagainya.

Bahkan kehidupan rumah tangga telah ikut berperan karena sudah bisa menggunakan kompor listrik portable takoyaki untuk membuat takoyaki sesuai keinginan mereka sendiri.

Takoyaki biasanya berisi gurita yang telah direbus dan dipotong dadu.

Namun, di beberapa tempat bisa ditemukan juga beragam isian takoyaki seperti sosis, jamur, udang, dan lain sebagainya.

Menarik sekali bukan? Jadi bagaimana street food hunter, kini sudah tahu sejarah takoyaki khas Jepang nan menggugah selera ini kan? 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI