Curiga Anda Terjebak Abusive Relationship? Ini Cara Pergi dari Pasangan yang Kasar dan Sering Menghina

Senin, 17 Oktober 2022 | 17:49 WIB
Curiga Anda Terjebak Abusive Relationship? Ini Cara Pergi dari Pasangan yang Kasar dan Sering Menghina
Ilustrasi kekerasan hubungan asmara alias abusive relationship. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tindakan kekerasan dalam hubungan atau abusive relationship tidak hanya rentan terjadi pada pasangan yang sudah menikah. Kekerasan ini juga umum terjadi dalam hubungan asmara, termasuk yang masih dalam status pacaran.

Psikolog klinis dewasa Hersa Aranti menjelaskan bahwa abusive relationship utamanya ditandai dengan adanya relasi kuasa di dalam hubungan.

"Satu orang bisa melakukan hal-hal pada pasangannya, namun pasangannya tidak berdaya atau tidak bisa untuk melakukan hal yang sama pada pasangannya," jelasnya saat dihubungi Suara.com, Senin (17/10/2022).

Ilustrasi kekerasan hubungan asmara alias abusive relationship. (freepik)
Ilustrasi kekerasan hubungan asmara alias abusive relationship. (freepik)

Abusive relationship tidak harus ditandai dengan adanya kekerasan fisik. Kekerasan yang dilakukan juga bisa berbentuk perlakuan kasar verbal hingga mengendalikan berbagai aspek kehidupan seperti cara berpakaian atau berteman dengan siapa saja.

Baca Juga: Psikolog Ini Soroti Lesti Kejora, Ungkap Cuma 1 Persen Pelaku Kekerasan Berubah, 99 Persen Kambuh, Rizky Billar?

Orang yang menjadi korban dari abusive relationship sering merasa psikisnya terganggu, seperti perasaan terisolasi, malu, depresi, kecemasan, perasaan bunuh diri, kecanduan, cedera, hingga alami masalah keuangan.

Hersan menyarankan, untuk keluar dari hubungan dengan abusive relationship, korban perlu perencanaan yang matang. Bila perlu meminta bantuan kepada kerabat maupun keluarga.

"Cara keluarnya perlu dengan membuat perencanaan matang untuk keluar dari hubungan dengan cara yang paling aman. Biasanya yang terbaik adalah mendiskusikan dengan psikolog atau lembaga perlindungan," tuturnya.

Agar kehidupan selanjutnya lebih baik, ia menyarankan korban lebih dulu membuat perencanaan setelah pergi dari pasangan yang kasar tersebut.

"Contohnya, sudah memiliki bekal finansial yang cukup, sudah tahu harus pergi ke mana, sudah tau cara-cara menghadapi perilaku pasangan yang masih lanjut melakukan abuse sekalipun sudah keluar. Sudah tau cara-cara melindungi anak supaya tidak terpengaruh perilaku pasangan, dan sebagainya," sarannya.

Baca Juga: 5 Emosi Negatif yang Dapat Merusak Hidup Kita, Segera Hindari

Dikutip dari WebMD, salah satu aspek paling umum dari hubungan yang kasar ialah orang yang bertindak kasar bersikeras mengatakan kalau tindakannya normal dan tidak berbahaya. Sehingga sulit bagi orang yang menjadi korban untuk memahami situasi mereka. Itu sebabnya, sering kali disarankan agar korban lakukan konsultasi dengan psikolog atau pun psikiater.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI