Suara.com - Lesti Kejora akhirnya berdamai dengan suaminya, Rizky Billar, setelah sebelumnya tersandung kasus kekerasan dalam rumah tangga alias KDRT.
Keputusan Lesti Kejora ini menuai banyak komentar tidak hanya dari netizen, tapi juga rekan artis. Bahkan, fakta dan mitos seputar KDRT pun semakin ramai dibicarakan masyrakat.
Lalu apa saja mitos KDRT yang seharusnya tidak perlu lagi dipercaya? Berikut ini daftarnya, mengutip Women's Aid, Sabtu (15/10/2022).
1. Alkohol dan Narkoba Membuat Lelaki Lebih Kejam
Baca Juga: Lesti Kejora Tidak Mau Rizky Billar Di Penjara, Ingin Pisah dengan Baik Alasannya
Faktanya, alkohol dan narkoba hanya pada penyalahgunaanya, tapi banyak orang yang mengonsumsi alkohol atau narkoba tapi tidak melakukan KDRT pada pasangannya. Jadi ini bukan alasan untuk memaafkan pelaku, karena pelakulah yang bertanggung jawab pada KDRT.
2. Kalau KDRT Terlalu Kejam, Korban Otomatis akan Pergi
Faktanya sebagian besar korban KDRT, khususnya perempuan akan sulit meninggalkan pasangannya, yang jadi pelaku KDRT.
Bahkan tak jarang perempuan masih mencintai dan percaya pada pasangannya, ketika pelaku mengaku menyesal dan berjanji takan terjadi lagi, atau bahkan korban khawatir pada keselamatan anaknya.
3. KDRT Hanya Melibatkan Fisik
Baca Juga: Lesti Kejora Sampaikan Kemungkinan Pisah Kepada Ustadz Subki Al-Bughury, Begini Curhatannya!
Kenyataannya, KDR adalah insiden dengan pola berulang seperti mengontrol, memaksa, mengancam, merendahkan, kekerasan termasuk kekerasan seksual.
4. Pelaku Tetap Akan Jadi Orangtua yang Baik
Faktanya 90 persen anak-anak yang ibunya alami pelecehan seksual, menyaksikan perilaku KDRT tersebut. Efek traumatis pada akan akan bertahan lama, yang hasilnya dianggap sebagai kekerasan pada anak.
Bahkan 40 hingga 70 persen anak yang melihat langsung jadi korban dari pelaku KDRT.
5. KDRT Masalah Pribadi bukan Masalah Sosial
Kenyataanya, dampak KDRT akan menghasilkan biaya besar di masyarakat, termasuk perawatan di rumah sakit, pengobatan, pengadilan, pengacara hingga penjara.
KDRT terjadi setiap hari di seluruh dunia, dan bisa sangat mempengaruhi perempuan, terlebih bica memicu korban atau penyintas KDRT. Sehingga KDRT adalah kejahatan serius dan meluas.
6. Perempuan Sama Kasarnya dengan Lelaki
Faktanya, sebagian besar kasus KDRT dilakukan lelaki kepada perempuan, tak jarang perempuan dibunuh pasangan atau mantan pasangannya.
Data Maret 2019 menemukan mayoritas atau 92 persen terdakwa KDRT adalah lelaki, dan mayoritas atau 75 persen korban merupakan lelaki.
7. KDRT Terjadi karena Emosi Sesaat
Kenyataannya, KDRT jarang terjadi karena didasari pelaku yang emosi sesaat atau saat hilang kendali, tapi tujuannya untuk mengambil alih.
Ini karena lelaki kasar umumnya jarang bertindak dengan spontan saat marah, tapi mereka cenderung sadar dan memilih kapan akan menyiksa pasangannya.
Bahkan pelaku KDRT cenderung akan memilih melakukan aksinya saat merasa sendirian dan tidak ada saksi, atau jika pun ada saksi yaitu saat saksi masih anak-anak.