Suara.com - Penyanyi Lesti Kejora mencabut laporan terhadap suaminya Rizky Billar, yang baru saja ditetapkan sebagai tersangka kasus KDRT dan ditahan oleh pihak kepolisian.
Hal ini memunculkan pembahasan terkait siklus kekerasan yang bisa berdampak buruk bagi korban KDRT.
Lesti Kejora diketahui mengambil jalan damai dengan sang suami. Hal ini dibenarkan oleh Surya Darma Simbolon selaku tim kuasa hukum Rizky Billar. Menurutnya, Lesti Kejora mencabut laporan dan langsung memeluk suaminya.
"Iya berdamai mereka. Jadi intinya mereka berdua bertemu di ruangan," ujar Surya Darma.
Baca Juga: Selain Suka Sewa Mobil demi Konten, Sales Supercar Ngaku Rizky Billar Genit padanya
Lebih lanjut, Surya Darma Simbolon pun menegaskan keputusan damai itu juga disahkan melalui surat yang sudah ditandatangani Lesti Kejora selaku pelapor, di hadapan penyidik dan kuasa hukumnya, Sandy Arifin.
Tentu saja, banyak yang terkejut, sekaligus menyayangkan keputusan yang diambil oleh Lesti Kejora. Namun, tak sedikit yang mengungkap bahwa ini adalah bagian dari 'cycle of abuse' alias siklus kekerasan.
Siklus kekerasan, juga kadang-kadang disebut siklus pelecehan, membantu menggambarkan pola umum perilaku kasar dalam hubungan.
Ini juga membantu memberikan petunjuk menuju pemahaman yang lebih dalam tentang mengapa orang yang mengalami kekerasan sering merasa sulit untuk membebaskan diri.
Selama beberapa dekade, banyak ahli mengandalkan siklus yang ditetapkan pada tahun 1970-an oleh psikolog Lenore Walker dalam bukunya “The Battered Woman.” Itu didasarkan pada bukti anekdot dari wawancara dengan banyak perempuan heteroseksual yang pernah mengalami pelecehan.
Baca Juga: Telak! Hotman Paris Hutapea Beri Sindiran untuk Hotma Sitompul, Singgung Harta Gono Gini
Siklus ini melibatkan empat tahap yang dinamakan Trusted Source, yakni ketegangan meningkat, insiden pelecehan, rekonsiliasi atau tahap 'bulan madu' dan masa tenang. Berikut penjelasannya seperti dilansir Healthline.
1. Ketegangan Meningkat
Pasangan yang kasar sering menyerang sebagai respons terhadap stresor eksternal. Apa pun dapat memicu ketegangan, mulai masalah keluarga, masalah di tempat kerja, penyakit fisik, kelelahan.
Frustrasi dan ketidakpuasan meningkat dari waktu ke waktu, sering kali mendorong perasaan tidak berdaya, ketidakadilan, kemarahan, dan paranoia. Saat merasakan ketegangan yang membara, korban biasanya akan mencoba mencari cara untuk menenangkan pasangan yang kasar dan mencegah terjadinya pelecehan.
Perempuan mungkin merasa cemas, waspada, dan sangat waspada terhadap kebutuhan potensial mereka. Berusaha untuk tidak membuat mereka marah, dan melakukan upaya ekstra untuk memberikan dukungan fisik dan emosional.
2. Insiden Kekerasan
Pelaku akhirnya melepaskan ketegangan ini pada orang lain, mencoba untuk mendapatkan kembali kekuasaan dengan membangun kontrol. Penyalahgunaan mungkin melibatkan: penghinaan atau pemanggilan nama, ancaman bahaya atau perusakan properti, mencoba mengendalikan perilaku pasangan, kekerasan seksual atau fisik, hingga manipulasi emosi.
Mereka mungkin menuduh korban membuat mereka marah atau menyalahkan pasangan mereka atas masalah hubungannya. Ingatlah bahwa orang memilih untuk melecehkan orang lain. Ketegangan apa pun yang mereka alami dapat membantu menjelaskan kekerasan tersebut, tetapi hal itu sulit untuk diterima.
3. Rekonsiliasi
Setelah insiden kekerasan, ketegangan secara bertahap mulai memudar. Dalam upaya untuk melewatinya, pelaku sering menggunakan kebaikan, hadiah, dan gerakan penuh kasih untuk sampai pada tahap "bulan madu".
Perilaku setia ini dapat memicu pelepasan dopamin dan oksitosin, membantu korbam merasa lebih terikat dan membuat pasangan percaya bahwa hubungan "asli" dan "normal" mereka telah kembali.
4. Tenang
Untuk menjaga perdamaian dan harmoni, kedua belah pihak umumnya harus memberikan semacam penjelasan atau pembenaran atas pelanggaran tersebut.
Pasangan yang kasar mungkin meminta maaf sambil menyalahkan orang lain, menunjuk ke faktor luar untuk membenarkan perilaku mereka, meminimalkan penyalahgunaan atau menyangkal hal itu terjadi, menuduh korban memprovokasi mereka.
Serta tentu saja, pelaku akan menunjukkan banyak penyesalan, meyakinkan morbam bahwa itu tidak akan terjadi lagi. Di sinilah korban mungkin mulai menerima alasan mereka, bahkan meragukan ingatan sendiri tentang kekerasan itu. Mungkin itu benar-benar bukan apa-apa, seperti yang mereka katakan.
Penangguhan hukuman ini menawarkan kelegaan dari ketegangan dan rasa sakit baik secara fisik dan emosional. Korban mungkin merasa yakin bahwa apa pun yang membuat mereka kesal dan memicu kekerasan telah berlalu. Tentu saja mereka percaya bahwa pasangan kasar mereka akan melakukan hal seperti itu lagi.
Siklus Kekerasan Akan Berulang
Nanun, ketahuilah, jika siklus ini kemudian akan berulang dari waktu ke waktu. Lamanya waktu antara setiap pengulangan dapat bervariasi. Seiring berjalannya waktu, periode tenang bisa menjadi sangat singkat atau bahkan hilang sama sekali dari siklus.